Minggu, 13 Mei 2012

TEORI CARL RANSOM ROGERS


MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
TEORI CARL RANSOM ROGERS




 





1. Rupita Wulandari ( 11181009 )
2. Nova Afriyanti ( 11181050 )
Dosen Pengampu : Rina Oktaviana, S.Psi., M.Si








PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BINA DARMA
TAHUN 2011/2012






KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar  Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman, amin ya robbal alamin.
Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Teori kepribadian Menurut Carl Ransom Rogers ” yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Psikologi Kepribadian 1 ”  tepat waktu. Tetapi, Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali terdapat  kekurangan ataupun kesalahan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan dosen pengampuh yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.



Palembang,....April 2012


Penyusun







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
1.2. Rumusan dan pertanyaan
1.3. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
1.4. Metode Pembahasan
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
            2.1. Teori dari Carl Ransom Rogers
BAB III KESIMPULAN dan REKOMENDASI
            4.1. Kesimpulan
            4.2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA








BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.
Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide - ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori - teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah - masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak - kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda - beda tergantung pada pengalaman - pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).

1.2.Rumusan dan Masalah
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1.      Apa  tori yang dijelaskan oleh Carl Ransom Rogers?
2.      Metode-metode apa yang dipakai oleh Carl Ransom Rogers ?
3.       Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Pembahsan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah “ Psikologi Kepribadian 1 ” serta untuk menambah wawasan dan ilmu kami tentang “ Teori Carl Ransom Rogers “.
Studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritik tentang ” Teori Carl Ransom Rogers  “, diharapkan makalah ini akan dapat memberikan hal-hal yang bermanfaat.


1.4. Metode Pembahasan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber buku yang ada dan browsing di internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum, yaitu :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
1.2. Rumusan dan pertanyaan
1.3. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
1.4. Metode Pembahasan
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
            2.1. Teori Carl Ransom Rogers
BAB III KESIMPULAN dan REKOMENDASI
            4.1. Kesimpulan
            4.2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA














BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1.      Sekilas Tentang Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
A.    Kognitif (kebermaknaan),
B.     experiential ( pengalaman atau signifikansi).
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
A.    Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya,
B.     Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa,
C.     Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa,
D.    Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1)      Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami,
2)      Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri,
3)      Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya,
4)      Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil,
5)      Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar,
6)      Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya,
7)      Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu,
8)      Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari,
9)      Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting,
10)  Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
a)      Merespon perasaan siswa,
b)      Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang,
c)      Berdialog dan berdiskusi dengan siswa,
d)     Menghargai siswa,
e)      Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan,
f)       Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa),
g)      Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
2.      Pandangan Orang Terhadap Rogers
Dalam dunia Psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu dinamakan : Nondirective therapy atau Clien centered therapy.
Nondirective therapy ini menjadi populer karena :
a.       Secara historis lebih terikat kepada psikologi daripada kedokteran,
b.      Mudah dipelajari,
c.       Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian,
d.      Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan , misalnya dengan psikoanalitis.

3.      Penyelidikan- Penyelidikan serta metode-metode penyelidikan Rogers
Rogers adalah pelopor di dalam penyelidikan di bidang counseling dan psikoterapi, dan memberikan banyak dorongan ke arah penyelidikan mengenai sifat-sifat dari proses yang terjadi selama perawatan klinis. Penyelidikan mengenai psikoterapi sebenarnya sangat sukar, oleh karena sifat individualnya, suasana psikoterapi itu, therepist terpaksa tunduk kepada kesejahteraan pasien dan mengabaikan syarat-syarat research dengan mengizinkan masuknya semua hal yang individual yang diperlukan oleh pasien ke dalam ruang perawatan. Dalam kenyataanya perumusan sistematis mengenai teori self yang disusun Rogers itu ditentukan oleh penemuan-penemuan research. Semenjak perumusan teori itu Rogers memperluas research yang meliputi pula macam-macam kesimpulan-kesimpulan dan teori kepribadiannya.
a.       Penyelidikan Kuantitatif
Banyak gagasan-gagasan Rogers tentang kepribadian disimpulkan dengan cara kualitatif dari catatan-catatan mengenai pernyataan pasien mengenai gambaran dirinya sendiri (self picture) serta perubahan-perubahannya selama terapi.
b.      Analisis Isi (Content Analysis)
Metode ini terdiri dari perumusan sejumlah kategori yang dipakai untuk mengklasifikasikan verbalisasi pasien. Pernyataan-pernyataan pasien selama interview dalam terapi diklasifikasikan. mIsalnya membuat kategori-kategori mengenai self-referance :
-          Positive approval self-reference,
-          Negative or disapproval self-reference,
-          Ambivalent self-reference,
-          Ambiguous selg-reference.

4.      Penyelidikan-penyelidikan dengan Q Technique
Q technique adalah suatu metode untukmenyelidiki secara sistematis mengenai pengertian orang (gambaran orang) mengenai dirinya sendiri, walaupun sebenarnya metode ini juga dapat dipakai untuk menyelidiki hal-hal lain. Orang yang diselidiki diberi sejumlah pernyataan (statement), lalu disuruh menyusun menurut urutan tertentu. Misalnya Butler & Heigh dengan maksud mentest assumption bahwa orang yang datang pada counseling itu kurang puas terhadap diri sendiri, dan kalau telah mengalami counseling yang berhasil ketidakpuasan itu akan berkurang mengerjakannya, demikian dibuat pernyataan-pernyataan pasien di dalam terapi seprti:
-           “ I am a submissive person”,
-           “ I am a hard worker”,
-           “ I am a likable”,
-          “ I am a impulsive person”
Sebelum mulia counseling pasien disuruh memilih mengatur kartu yang berisi pernyataan itu dalam dua cara :
1)      Self-sort : Aturlah kartu-kartu ini untuk menggambarkan dirimu sendiri sebagaimana kau lihat hari ini dari yang paling tidak mirip dengan kamu sampai yang paling mirip dengan kamu,
2)      Ideal-sort : sekarang aturlah kartu-kartu itu untuk menggambarkan orang yang kamu cita-citakan, orang yang ingin kamu tiru, kamu ingin seperti dia.

5.      Pokok-pokok Teori
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah :
1)      organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual).
Organisme memiliki sifat-sifat berikut :
A.    Organisme bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
B.     Orgenisme mempunyai satu motif dasar yaitu mrngaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri,
C.     Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itudisadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2)      medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totalitas of experience)
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
3)      self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat :
A.    Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya,
B.     Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar,
C.     Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan),
D.    Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self,
E.     Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman,
F.      Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.
Sifat-sifat dari ketiga konsepsi itu dan saling hubungannya dirumuskan oleh Rogers dalam 19 dalil dalam bukunya Client-centered therapy :
1.      “Tiap individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu berubah, di mana dia menjadi pusatnya”. Rogers berpendapat bahwa mungkin hanya sebagian kecil saja daripada dunia pengalaman itu yang disadari. Pengalaman disini artinya sebagai segala sesuatu yang terjadi dalam organisme dalam sesuatu saat, termasuk proses-proses psikologis, kesan-kesan sensoris, dan aktivitas-aktivitas motoris,
2.      “Organisme bereaksi terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi individu dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realitas)”. Dalil ini menunjukkan bahwa pribadi tidak bereaksi terhadap perangsang-perangsang dari luar dan pendorong dari dalam (as such, an sich), tetapi dia bereaksi terhadap hal yang merangsang dan mendorongnya seperti apa yang dialaminya,
3.      “Organisme bereaksi terhadap medan phenomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi (organized whole)”. Istilah organized whole ini konsepsi holistis yang berasal dari psikologi Gestalt (Goldstein). Pendapat ini menunjukkan bahwa Rogers tidak sepaham dengan cara penyelidikan segmental, misalnya stimulus-response (psikologi). Organisme selalu merupakan suatu sistem yang terorganisasi, sehingga perubahan pada tiap bagiannya akan menimbulkan perubahan pada lain-lain bagian,
4.      “Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri”. Rogers menambahkan bahwa kecenderungan bergerak maju itu hanya akan berfungsi kalau pemilihan diamati dengan jelas dan dilambangkan secara baik,
5.      “Pada dasarnya tingkah laku itu adalah usaha organisme yang berarah tujuan (goal-directed, deolgericht), yaitu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan sebagaimana dialaminya, dalam medan sebagaimana diamatinya”,
6.      “Emosi menyertai dan pada umumnya memberikan fasilitas tingkah laku berarah tujuan itu”.
7.      “Jalan yang paling baik untuk memahami tingkah laku ialah dengan melalui internal frame of reference orangnya sendiri”.
Rogers berpendapat, bahwa self-report tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai kepribadian, karena:
y       Orang mungkin sadar akan alasan tingkah-lakunya akan tetapi tak dapat menyatakannya dalam kata-kata,
y       Orang mungkin tidak menyadarinya,
y       Orang mungkin menyadari pengalamannya dan dapat menyatakannya, tetapi dia tidak mau berbuat demikian.
8.      “Suatu bagian dari seluruh medan pengamatan sedikit demi sedikit terdiferensiasikan sebagai self”. Rogers berpendapat bahwa self phenomenal terdiferensiasikan dari medan phenomenal. Self ini ialah kesadaran orang akan adanya dan berfungsinya,
9.      “Sebagai hasil saling pengaruh dengan lingkungan, terutama sebagai hasil dari saling pengaruh dengan lingkungan, terutama sebagai hasil dari saling pengaruh yang bersifat menilai dengan orang-orang lain, struktur self itu terbentuk pola pengamatan yang teratur, lentur (fluid),selaras dalam hubungan dengan “I” atau “me”, beserta nilai-nilai yang dihadapi dengan konsepsi ini”,
10.  “Nilai-nilai terikat kepada pengalaman, dan nilai-nilai yang merupakan bagian struktur self, dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang dialami langsung oleh organisme, dan dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang diintroyeksikan atau diambil dari orang lain, tetapi diamati sebagai dialaminya langsung”,
11.  Pengalaman yang terjadi ddalam kehidupan individu itu dapat dihadapi demikian:
A.    (dilambangkan, diamati dan diatur dalam hubungan dengan self,
B.     diabaikan karena tak ada hubungan yang terlihat dengan struktur self,
C.     ditolak atau dilambangkan secara palsu oleh karena pengalaman itu tak selaras dengan struktur self.
12.  “Kebanyakan cara-cara bertingkah laku yang diambil orang ialah yang selaras dengan konsepsi self”,
13.  “Dalam beberapa hal tingkah laku itu mungkin didorong oleh pengalaman-pengalaman dan kebutuhan-kebutuhan organis yang tidak dilambangkan. Tingkah laku yang demikian itu mungkin tidak serasi dengan struktur self, akan tetapi dalam hal yang demikian tingkah laku itu tidak diakui oleh individual yang bersangkutan”,
14.  “Psychological maladjustment terjadi apabila organisme menolak menjadi sadarnya pengalaman sensoris dan visceral yang kuat, yang selanjutnya tidak dilambangkan dan diorganisasikan ke dalam gestalt struktur self. Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi psychological tension”,
15.  “Psychological adjustment terjadi apabila konsepsi self itu sedemikian rupa, sehingga segala pengalaman sensoris dan visceral diasimilasikan pada taraf lambang (sadar) ke dalam hubungan yang selaras dengan konsepsi self”,
16.  “Tiap pengalaman yang tak selaras dengan organisasi atau struktur self akan diamati sebagai ancaman, dan makin meningkat pengamat itu akan makin tegas struktur self itu untuk mempertahankan diri”,
17.  “Dalam kondisi tertentu, pertama-tama tiadanya ancaman terhadap struktur self, pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self dapat diamati dan diuji dalam struktur self direvisi untuk dapat mengasimilasi dan melingkupi pengalaman-pengalaman yang demikian itu”,
18.  “Apabila orang mengalami dan menerima segala pengalaman sensoris dan visceral-nya kedalam sisitemnya yang integral dan selaras, maka dia akan lebih memahami orang lain dan menerima orang lain sebagai individu”,
19.  “Teori ini pada dasarnya bersifat phenomenologis dan terutama berhubungan dengan konsepsi untuk menerangkan. Teori itu menggambarkan titik akhir daripada perkembangan kepribadian yaitu adanya kesamaan pokok antara medan pengalaman phenomenal dan struktur self konseptual.

6.      PERANAN POSITIVE REGARDS
Setiap manusia memiliki kebutuhan basic akan kehangatan, penghargaan, disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami pengharagaan positif tak bersyarat. Mengapa? Karena ini penting, dihargai, diterima, disayangi, dicintai sebagai seseorang yang berarti tentu akan menerima dengan penuh kepercayaan.
ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA (FULLY HUMAN BEING) :
A.    Keterbukaan pada pengalaman
Individu yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru selanjutnya ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
B.     Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana individu terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah serta cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
C.    Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika individu membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri, dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
D.    Perasaan Bebas
Individu yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan atau rintangan antara pikiran dan tindakan. Individu yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang memang ingin dilakukannya.
E.     Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong individu untuk memiliki kreativitas dengan ciri- ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang bermacam- macam di sekitarnya.

7.      Dinamika Kepribadian
a)      Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain,
b)      Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) → organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman,
c)      Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).







BAB III
KESIMPULAN dan REKOMENDASI

A.     Kesimpulan
Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual. Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya. Pandangan humanistic banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri.
B.     Rekomendasi
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara objektif.
Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.


Daftar Pustaka
        Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D; PSIKOLOGI KEPRIBADIAN; 1982; PT RAJAGRAFINDO PERSADA; JAKARTA.
          http://WWW.TEORI CARL RANSOM ROGERS_PENDIDIKAN PSIKOLOGI.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar