MAKALAH
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
TEORI CARL
RANSOM ROGERS
1. Rupita
Wulandari ( 11181009 )
2. Nova
Afriyanti ( 11181050 )
Dosen Pengampu
: Rina Oktaviana, S.Psi., M.Si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BINA DARMA
TAHUN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puji kita
panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya,
beserta pengikutnya sampai akhir zaman, amin ya robbal alamin.
Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Teori
kepribadian Menurut Carl Ransom Rogers ” yang merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah” Psikologi Kepribadian 1 ” tepat waktu. Tetapi, Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak
sekali terdapat kekurangan ataupun
kesalahan.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman dan dosen pengampuh yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Palembang,....April 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Permasalahan
1.2.
Rumusan dan pertanyaan
1.3.
Tujuan dan Manfaat
Pembahasan
1.4.
Metode Pembahasan
1.5.
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN
TEORITIS
2.1. Teori dari Carl Ransom Rogers
BAB III KESIMPULAN dan REKOMENDASI
4.1. Kesimpulan
4.2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Carl
Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago.
Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.
Rogers
adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga
yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal
keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai
seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog
klinis dan terapis, ide - ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam
pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Ide
pokok dari teori - teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah - masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut
Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang
sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak - kanak seperti
yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan
ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers
lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan
mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan
mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi
-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi
oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers
dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada
realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda - beda tergantung
pada pengalaman - pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut
dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari
lapangan fenomenal tersebut.
Konsep
diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini
terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence
dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan
dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan
Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama
dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive
regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard
(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
1.2.Rumusan dan
Masalah
Berpijak dari latar belakang di
atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1.
Apa tori yang
dijelaskan oleh Carl Ransom Rogers?
2.
Metode-metode apa yang dipakai oleh Carl Ransom Rogers ?
3.
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori
Rogers ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Pembahsan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah “ Psikologi Kepribadian 1 ” serta untuk menambah wawasan dan ilmu kami tentang “ Teori Carl
Ransom Rogers “.
Studi ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan teoritik tentang ” Teori Carl Ransom Rogers “, diharapkan
makalah ini akan dapat memberikan hal-hal yang bermanfaat.
1.4. Metode Pembahasan
Metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber buku yang ada dan browsing di internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan
makalah secara umum, yaitu :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Permasalahan
1.2.
Rumusan dan pertanyaan
1.3.
Tujuan dan Manfaat
Pembahasan
1.4.
Metode Pembahasan
1.5.
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN
TEORITIS
2.1. Teori Carl Ransom Rogers
BAB III KESIMPULAN dan REKOMENDASI
4.1. Kesimpulan
4.2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Sekilas Tentang
Carl Rogers
Carl Rogers
lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari
enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke
bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan
mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis
di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor
diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya,
Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep
Client-Centerd Therapy.
Rogers
membedakan dua tipe belajar, yaitu:
A.
Kognitif (kebermaknaan),
B.
experiential ( pengalaman atau signifikansi).
Guru
menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari
mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk
pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential
learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi
oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers
yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
A.
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar
untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya,
B.
Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi
dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa,
C.
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa,
D.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti
belajar tentang proses.
Dari bukunya
Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang
penting diantaranya ialah :
1)
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami,
2)
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran
dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri,
3)
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya,
4)
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil,
5)
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman
dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar,
6)
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya,
7)
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam
proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu,
8)
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa
seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
hasil yang mendalam dan lestari,
9)
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,
kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas
diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara
kedua yang penting,
10) Belajar yang
paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu
model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan
Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para
guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan
umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
a)
Merespon perasaan siswa,
b)
Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi
yang sudah dirancang,
c)
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa,
d)
Menghargai siswa,
e)
Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan,
f)
Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan
untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa),
g)
Tersenyum pada siswa
Dari penelitian
itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan
angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi
tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada
peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat
berpikir yang lebih tinggi.
2.
Pandangan Orang
Terhadap Rogers
Dalam dunia Psikologi
Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan dan
dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu dinamakan : Nondirective
therapy atau Clien centered therapy.
Nondirective therapy ini menjadi
populer karena :
a.
Secara historis lebih terikat kepada psikologi daripada
kedokteran,
b.
Mudah dipelajari,
c.
Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa
pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian,
d.
Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan ,
misalnya dengan psikoanalitis.
3.
Penyelidikan-
Penyelidikan serta metode-metode penyelidikan Rogers
Rogers adalah pelopor di dalam penyelidikan di bidang
counseling dan psikoterapi, dan memberikan banyak dorongan ke arah penyelidikan
mengenai sifat-sifat dari proses yang terjadi selama perawatan klinis.
Penyelidikan mengenai psikoterapi sebenarnya sangat sukar, oleh karena sifat
individualnya, suasana psikoterapi itu, therepist terpaksa tunduk kepada
kesejahteraan pasien dan mengabaikan syarat-syarat research dengan mengizinkan
masuknya semua hal yang individual yang diperlukan oleh pasien ke dalam ruang perawatan.
Dalam kenyataanya perumusan sistematis mengenai teori self yang disusun Rogers
itu ditentukan oleh penemuan-penemuan research. Semenjak perumusan teori itu
Rogers memperluas research yang meliputi pula macam-macam kesimpulan-kesimpulan
dan teori kepribadiannya.
a.
Penyelidikan Kuantitatif
Banyak gagasan-gagasan Rogers
tentang kepribadian disimpulkan dengan cara kualitatif dari catatan-catatan
mengenai pernyataan pasien mengenai gambaran dirinya sendiri (self picture)
serta perubahan-perubahannya selama terapi.
b.
Analisis Isi (Content Analysis)
Metode ini terdiri dari perumusan
sejumlah kategori yang dipakai untuk mengklasifikasikan verbalisasi pasien.
Pernyataan-pernyataan pasien selama interview dalam terapi diklasifikasikan.
mIsalnya membuat kategori-kategori mengenai self-referance :
-
Positive approval self-reference,
-
Negative or disapproval self-reference,
-
Ambivalent self-reference,
-
Ambiguous selg-reference.
4.
Penyelidikan-penyelidikan dengan Q
Technique
Q
technique adalah suatu metode untukmenyelidiki secara sistematis mengenai
pengertian orang (gambaran orang) mengenai dirinya sendiri, walaupun sebenarnya
metode ini juga dapat dipakai untuk menyelidiki hal-hal lain. Orang yang
diselidiki diberi sejumlah pernyataan (statement), lalu disuruh menyusun
menurut urutan tertentu. Misalnya Butler & Heigh dengan maksud mentest
assumption bahwa orang yang datang pada counseling itu kurang puas terhadap
diri sendiri, dan kalau telah mengalami counseling yang berhasil ketidakpuasan
itu akan berkurang mengerjakannya, demikian dibuat pernyataan-pernyataan pasien
di dalam terapi seprti:
-
“ I am a submissive
person”,
-
“ I am a hard worker”,
-
“ I am a likable”,
-
“ I am a impulsive person”
Sebelum
mulia counseling pasien disuruh memilih mengatur kartu yang berisi pernyataan
itu dalam dua cara :
1) Self-sort : Aturlah kartu-kartu ini
untuk menggambarkan dirimu sendiri sebagaimana kau lihat hari ini dari yang
paling tidak mirip dengan kamu sampai yang paling mirip dengan kamu,
2) Ideal-sort : sekarang aturlah kartu-kartu
itu untuk menggambarkan orang yang kamu cita-citakan, orang yang ingin kamu
tiru, kamu ingin seperti dia.
5.
Pokok-pokok Teori
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah :
1) organism, yaitu keseluruhan individu (the
total individual).
Organisme
memiliki sifat-sifat berikut :
A. Organisme bereaksi sebagai
keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya,
B. Orgenisme mempunyai satu motif dasar
yaitu mrngaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri,
C. Organisme mungkin melambangkan
pengalamannya, sehingga hal itudisadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga
pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak
memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2) medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the
totalitas of experience)
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari,
tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan
atau tidak.
3) self, yaitu bagian medan phenomenal yang
terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar
daripada “I” atau “me”.
Self
mempunyai bermacam-macam sifat :
A. Self berkembang dari interaksi
organisme dengan lingkungannya,
B. Self mungkin menginteraksikan
nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar,
C. Self mengejar (menginginkan)
consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan),
D. Organisme bertingkah laku dalam cara
yang selaras (consistent) dengan self,
E. Pengalaman-pengalaman yang tak
selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman,
F. Self mungkin berubah sebagai hasil
dari pematangan (maturation) dan belajar.
Sifat-sifat
dari ketiga konsepsi itu dan saling hubungannya dirumuskan oleh Rogers dalam 19
dalil dalam bukunya Client-centered therapy :
1. “Tiap individu ada dalam dunia
pengalaman yang selalu berubah, di mana dia menjadi pusatnya”. Rogers
berpendapat bahwa mungkin hanya sebagian kecil saja daripada dunia pengalaman
itu yang disadari. Pengalaman disini artinya sebagai segala sesuatu yang
terjadi dalam organisme dalam sesuatu saat, termasuk proses-proses psikologis,
kesan-kesan sensoris, dan aktivitas-aktivitas motoris,
2. “Organisme bereaksi terhadap medan
sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi individu dunia pengamatan
ini adalah kenyataan (realitas)”. Dalil ini menunjukkan bahwa pribadi tidak
bereaksi terhadap perangsang-perangsang dari luar dan pendorong dari dalam (as
such, an sich), tetapi dia bereaksi terhadap hal yang merangsang dan mendorongnya
seperti apa yang dialaminya,
3. “Organisme bereaksi terhadap medan
phenomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi (organized whole)”. Istilah
organized whole ini konsepsi holistis yang berasal dari psikologi Gestalt
(Goldstein). Pendapat ini menunjukkan bahwa Rogers tidak sepaham dengan cara
penyelidikan segmental, misalnya stimulus-response (psikologi). Organisme
selalu merupakan suatu sistem yang terorganisasi, sehingga perubahan pada tiap
bagiannya akan menimbulkan perubahan pada lain-lain bagian,
4. “Organisme mempunyai satu
kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan
mengembangkan diri”. Rogers menambahkan bahwa kecenderungan bergerak maju itu
hanya akan berfungsi kalau pemilihan diamati dengan jelas dan dilambangkan
secara baik,
5. “Pada dasarnya tingkah laku itu
adalah usaha organisme yang berarah tujuan (goal-directed, deolgericht), yaitu
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan sebagaimana dialaminya, dalam medan
sebagaimana diamatinya”,
6. “Emosi menyertai dan pada umumnya
memberikan fasilitas tingkah laku berarah tujuan itu”.
7. “Jalan yang paling baik untuk
memahami tingkah laku ialah dengan melalui internal frame of reference orangnya
sendiri”.
Rogers berpendapat, bahwa self-report tidak
memberikan gambaran yang lengkap mengenai kepribadian, karena:
y
Orang mungkin sadar akan alasan tingkah-lakunya akan tetapi
tak dapat menyatakannya dalam kata-kata,
y
Orang mungkin tidak menyadarinya,
y
Orang mungkin menyadari pengalamannya dan dapat
menyatakannya, tetapi dia tidak mau berbuat demikian.
8.
“Suatu bagian dari seluruh medan pengamatan sedikit demi
sedikit terdiferensiasikan sebagai self”. Rogers berpendapat bahwa self
phenomenal terdiferensiasikan dari medan phenomenal. Self ini ialah kesadaran
orang akan adanya dan berfungsinya,
9.
“Sebagai hasil saling pengaruh dengan lingkungan, terutama
sebagai hasil dari saling pengaruh dengan lingkungan, terutama sebagai hasil
dari saling pengaruh yang bersifat menilai dengan orang-orang lain, struktur
self itu terbentuk pola pengamatan yang teratur, lentur (fluid),selaras dalam
hubungan dengan “I” atau “me”, beserta nilai-nilai yang dihadapi dengan
konsepsi ini”,
10. “Nilai-nilai terikat kepada
pengalaman, dan nilai-nilai yang merupakan bagian struktur self, dalam beberapa
hal adalah nilai-nilai yang dialami langsung oleh organisme, dan dalam beberapa
hal adalah nilai-nilai yang diintroyeksikan atau diambil dari orang lain,
tetapi diamati sebagai dialaminya langsung”,
11. Pengalaman yang terjadi ddalam
kehidupan individu itu dapat dihadapi demikian:
A. (dilambangkan, diamati dan diatur
dalam hubungan dengan self,
B. diabaikan karena tak ada hubungan
yang terlihat dengan struktur self,
C. ditolak atau dilambangkan secara
palsu oleh karena pengalaman itu tak selaras dengan struktur self.
12. “Kebanyakan cara-cara bertingkah
laku yang diambil orang ialah yang selaras dengan konsepsi self”,
13. “Dalam beberapa hal tingkah laku itu
mungkin didorong oleh pengalaman-pengalaman dan kebutuhan-kebutuhan organis
yang tidak dilambangkan. Tingkah laku yang demikian itu mungkin tidak serasi
dengan struktur self, akan tetapi dalam hal yang demikian tingkah laku itu
tidak diakui oleh individual yang bersangkutan”,
14. “Psychological maladjustment terjadi
apabila organisme menolak menjadi sadarnya pengalaman sensoris dan visceral
yang kuat, yang selanjutnya tidak dilambangkan dan diorganisasikan ke dalam
gestalt struktur self. Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi psychological
tension”,
15. “Psychological adjustment terjadi
apabila konsepsi self itu sedemikian rupa, sehingga segala pengalaman sensoris
dan visceral diasimilasikan pada taraf lambang (sadar) ke dalam hubungan yang
selaras dengan konsepsi self”,
16. “Tiap pengalaman yang tak selaras
dengan organisasi atau struktur self akan diamati sebagai ancaman, dan makin
meningkat pengamat itu akan makin tegas struktur self itu untuk mempertahankan
diri”,
17. “Dalam kondisi tertentu,
pertama-tama tiadanya ancaman terhadap struktur self, pengalaman-pengalaman
yang tak selaras dengan struktur self dapat diamati dan diuji dalam struktur
self direvisi untuk dapat mengasimilasi dan melingkupi pengalaman-pengalaman
yang demikian itu”,
18. “Apabila orang mengalami dan
menerima segala pengalaman sensoris dan visceral-nya kedalam sisitemnya yang
integral dan selaras, maka dia akan lebih memahami orang lain dan menerima
orang lain sebagai individu”,
19. “Teori ini pada dasarnya bersifat
phenomenologis dan terutama berhubungan dengan konsepsi untuk menerangkan.
Teori itu menggambarkan titik akhir daripada perkembangan kepribadian yaitu
adanya kesamaan pokok antara medan pengalaman phenomenal dan struktur self
konseptual.
6. PERANAN POSITIVE REGARDS
Setiap manusia memiliki kebutuhan basic
akan kehangatan, penghargaan, disebut need for positive regard, yang
terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard
(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami pengharagaan positif tak
bersyarat. Mengapa? Karena ini penting, dihargai, diterima, disayangi, dicintai
sebagai seseorang yang berarti tentu akan menerima dengan penuh kepercayaan.
ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA (FULLY
HUMAN BEING) :
A. Keterbukaan pada pengalaman
Individu yang menerima semua
pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru selanjutnya ia
akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
B. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial
dimana individu terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan
sesuatu yang baru, dan selalu berubah serta cenderung menyesuaikan diri sebagai
respons atas pengalaman selanjutnya.
C. Kepercayaan terhadap organisme orang
sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika
individu membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri, dengan begitu ia akan
bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif)
sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat
baik.
D. Perasaan Bebas
Individu yang sehat secara
psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan atau rintangan
antara pikiran dan tindakan. Individu yang bebas memiliki suatu perasaan
berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan
tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga
ia dapat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu
melakukan apa saja yang memang ingin dilakukannya.
E. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman
dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong individu untuk
memiliki kreativitas dengan ciri- ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif,
berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus
kehidupan yang bermacam- macam di sekitarnya.
7. Dinamika Kepribadian
a)
Penerimaan Positif (Positive
Regard) → Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa
puas dapat memberi regard positif kepada orang lain,
b)
Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and
Congruence) → organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan =
keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara
persepsi self dengan pengalaman,
c)
Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Freud memandang
organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi
psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme
terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji
tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk
aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan
diri (enhancement).
BAB III
KESIMPULAN dan REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Memahami manusia
sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk
mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku
(behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia
harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia
harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
Metode yang
digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya
sehingga muncul keunikan individual. Mengakui pentingnya personal freedom dan
responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang
hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan
mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting.
Intensi yang menentukan eksistensi manusia Mind bersifat aktif, dinamis.
Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu,
terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia
yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia
mengekspresikan diri dan potensinya. Pandangan humanistic banyak diterapkan
dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman
diri.
B.
Rekomendasi
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak
pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan
pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang
yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang
partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain
itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia
karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara objektif.
Rogers
juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia
lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan
seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Daftar Pustaka
Drs. Sumadi
Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D; PSIKOLOGI KEPRIBADIAN; 1982; PT RAJAGRAFINDO
PERSADA; JAKARTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar