Nova Afriyanti (
11181050 )
Ayuzalia Yulianti (
11181005 )
Adi Suhendra
(10181031)
Dosen
: Dwi Hurriyati, S.Psi, M.Si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BINA DARMA
TAHUN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puji kita
panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan hidayahnya tercurahkan
kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada junjungan Nabi
besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai
akhir zaman,
amin ya robbal
alamin.
Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“kondisi kerja” yang
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah” Psikologi Industri dan Organisasi ( PIO )” tepat waktu. Tetapi, Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini banyak sekali terdapat kekurangan ataupun kesalahan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan dosen pengampuh yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Palembang, Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan
1.4. Metode dan Prosedur
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.I. Kondisi Kerja
BABA III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kondisi
kerja di dalam pabrik yang didirikan oleh perusahaan merupakan faktor yang
cukup penting dalam pelaksanaan proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan
yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah kondisi yang dapat
dipersiapkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan pada pabrik yang
didirikan oleh perusahaan. Sejalan dengan pendirian pabrik ini, manajemen
perusahaan selayaknya bila mempertimbangkan kondisi kerja karyawan yang tepat
sehingga para karyawan perusahaan dapat bekerja dengan baik.
Perencanaan
kondisi kerja ini akan dilaksanakan selaras dengan perencanaan layout pabrik
yang didirikan, oleh karena kondisi kerja ini erat hubungannya dengan layout
pabrik yang didirikan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kerja
banyak sekali pada jam yang sama, terutama persyaratan teknis dari
pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan. Mesin dan peralatan produksi berikut
persyaratan teknisnya akan ikut serta menentukan kondisi kerja di dalam
perusahaan, demikian juga dengan metode pengawasan karyawan yang dilaksanakan
dalam perusahaan akan mempengaruhi kondisi kerja. Sehingga tujuan untuk
merencanakan kondisi kerja dalam perusahaan akan sejalan dengan tujuan dari
perencanaan lingkungan kerja pada umunya, yaitu terdapatnya tingkat
produktivitas karyawan perusahaan cukup tinggi.
Beberapa
macam kondisi kerja yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan adalah penerangan,
suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan serta
keamanan kerja dalam perusahaan. Masing-masing jenis kondisi kerja ini perlu
dipersipkan dan direncanakan dengan baik oleh manajemen perusahaan, sehingga
diperoleh kenyamanan kerja yang memadai bagi para karyawan yang bekerja di
dalam perusahaan.
Menurut
Stewart and Stewart, Kondisi Kerja adalah Working condition can be defined as
series of conditions of the working environment in which become the working
place of the employee who works there. yang kurang lebih dapat diartikan
kondisi kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari
suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja
didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang
baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya
dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat
mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur,
kelambapan, ventilasi, penerangan, kebersihan dan lain–lain.
Menurut
Newstrom, Work condition relates to the scheduling of work-the
length of work days and the time of day (or night) during which people work.
yang kurang lebih berarti bahwa
kondisi
kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari
dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja. Oleh sebab itu
kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi
psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, harus diperhatikan
agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
1.2. Rumusan masalah
Berpijak dari latar belakang di
atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
a.
Apakah kondisi kerja sebenarnya ?
b.
Dimensi apa saja yang terdapat di dalam kondisi kerja ?
1.3. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah “ Psikologi Sosial 1 ” serta untuk menambah wawasan dan ilmu kami tentang Kondisi Kerja.
1.4. Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku
dan browsing di internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan
menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum,yaitu:
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan
1.4. Metode dan Prosedur
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.I. Kondisi Kerja
BABA III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
3.4 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kondisi Kerja
2.1.1 Pengertian Kondisi Kerja
Kondisi
karyawan akan lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan mereka apabila kondisi
kerja mendukung (seperti bersih,lingkungan menarik), tetapi jika kondisi kerja
tidak mendukung (seperti panas,lingkungan rebut,tidak nyaman) pegawai akan
sukar untuk melaksanakan tugasnya.
Disamping itu,
salah satu faktor pendukung utama personalia dalam melaksanakan kegiatan secara
optimal, sehat, aman dan nyaman yaitu melalui perbaikan kondisi kerja. Sepeti
yang diungkapkan sedarmayanti (2000:22) bahwa: “manusia akan mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila
ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai. Kondisi kerja dikatakan naik atau
sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat,
aman dan nyaman”.
Pengertian
kondisi kerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005:105) adalah “semua aspek
fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja”.
Sedangkan
menurut Agus Darma (2000:105) “kondisi kerja adalah semua faktor lingkungan
dimana pekerjaan berlangsung”. Kondisi kerja merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi motivasi karyawan, dengan motivasi yang tinggi maka kinerja
suatu perusahaan dapat meningkat bahkan produktivitaspun
akan meningkat sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai.
Kondisi kerja
menurut Sedarmayanti (2000:21) “semua keadaan yang terdapat disekitar tempat
kerja yang akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung dan tidak langsung
terhadap pekerjaannya”.
Menurut
Komaruddin (2001:75) kondisi kerja adalah suasana yang berhubungan dengan
lingkungan tempat bertugas.
Menurut Stewart and Stewart, 1983:
53: Kondisi Kerja adalah Working condition can be defined as series of
conditions of the working environment in which become the working place of the
employee who works there. yang kurang lebih dapat diartikan kondisi kerja
sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan
yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan
tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan
mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi
segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja,
serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelambapan, ventilasi,
penerangan, kebersihan dan lain–lain.
Menurut Newstrom (1996:469): Work
condition relates to the scheduling of work-the length of work days and the
time of day (or night) during which people work. yang kurang lebih berarti
bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya
bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang
bekerja. Oleh sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti
kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja,
harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
2.1.2 Jenis
Kondisi Kerja
1.
Kondisi Fisik dari lingkungan kerja
Kondisi fisik
dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak
badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh
untuk menjamin agar karuyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami
gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal
ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada tempat
kerja tersebut. Kondisi
fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (1996:469) adalah among the more
obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical
conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual
temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals
and pollutans, and aesthetic features such as the colors of walls and flors,
and the presence (or absence) of art work, music, plants decorative items. yang
kira- kira berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang
lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana
yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat
kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia
dan polusi-polusi, cirri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan
tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau
hal-hal yang menghiasi tempat kerja.
Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi juadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.
Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi juadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.
Faktor-faktor
lingkungan kerja meliputi :
a. Illumination
Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna menbdapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetpai tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalajhan, dan pada akhirtnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanbkan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.
Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna menbdapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetpai tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalajhan, dan pada akhirtnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanbkan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.
b. Temperature
Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun.
Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun.
c. Noise
Menurut newstrom (1996:469-478) bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena
konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.
Menurut newstrom (1996:469-478) bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena
konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.
d. Motion
Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.
Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.
e. Pollution
Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai.
Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai.
f. Aesthetic Factors
Menurut newstrom (1996:469-478) faktor
keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-bauan. Musik, warna dan bau-bauan
yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dalam melaksankan
pekerjaanya.
2.
Kondisi
psikologis dari lingkungan kerja
Rancangan fisik dan
desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis-jenis
dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja dalam menciptakan
macam-macam kondisi psikologi. Menurut newstrom
(1996:494) Psychological conditions of the work environment that can affect
work performance include feelings of privacy or crowding, the status associated
with the amount or location of workspace, and the amount of control over the
work environment. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja
dapat mempengaruhi kinerja yang meliputi perasaan yang bersifat pribadi atau
kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah
pengawasan atau lingkungan kerja.
Faktor-faktor dari
kondisi psikologis meliputi:
a. Feeling of privacy
Menurut Newstrom (1996:478), privasi
dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang kerja. Ada ruang kerja yang
didesain untuk seorang pekerja, adapula yang didesain untuk beberapa orang,
sehingga penyelia untuk mengawasi interaksi antar karyawan.
b.
Sense
of status and impotance
Menurut Newstrom (1996: 478), para
karywan tingkat bawah senang dengan desain ruang yang terbuka karena memberi
kesempatan kepada karyawan untuk berkomunikasi secara informal. Sebaliknya para
manajer merasa tidak puas dengan desain ruang yang terbuka karena banyak
gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.
3.
Kondisi
sementara dari lingkungan kerja
Menurut Newstrom (1996:480), “The
temporal condition-the time structure of the work day. Some of the more
flexible work schedules have developed in an effort to give workers a greater
sense of control over the planning and timing of their work days”
Kondisi sementara meliputi stuktur waktu pada hari kerja. Mayoritas dari pekerja bekerja dengan jadwal 5-9 jam dimana pekerja akan diberi waktu 1 jam untuk istirahat dan makan siang.Faktor-faktor dari kondisi sementara meliputi:
Kondisi sementara meliputi stuktur waktu pada hari kerja. Mayoritas dari pekerja bekerja dengan jadwal 5-9 jam dimana pekerja akan diberi waktu 1 jam untuk istirahat dan makan siang.Faktor-faktor dari kondisi sementara meliputi:
a.
Shift
Menurut Newstrom (1996:481) dalam satu hari sistem kerja shift dapat dibagi menjadi 3 yaitu shift pagi, shift psore, dan shift malam. Dan berdasarkan banyak penelitian bahwa shift malam dianggap banyak menimbulkan masalah seperti stres yang tinggi, ketidakpuasan kerja dan kinerja yang jelek.
Menurut Newstrom (1996:481) dalam satu hari sistem kerja shift dapat dibagi menjadi 3 yaitu shift pagi, shift psore, dan shift malam. Dan berdasarkan banyak penelitian bahwa shift malam dianggap banyak menimbulkan masalah seperti stres yang tinggi, ketidakpuasan kerja dan kinerja yang jelek.
b.
Compressed
work weeks
Menurut Newstrom
(1996:481), maksudnya adalah mengurangi jumlah hari kerja dalam seminggu,
tetapi menambah jumlah jam kerja perhari. Mengurangi hari kerja dalam seminggu
mempunyai dampak yang positif dari karyawan yaitu karyawan akan merasa segar
kembali pada waktu bekerja karena masa liburnya lebih lama dan juga dapat
mengurangi tingkat absensi dari karyawan.
c.
Flextime
Menurut Newstrom (1996:481) adalah suatu jadwal kerja dimana karywan dapat memutuskan kapan mulai bkerja dan kapan mengakhiri pekerjaannya selama karywan dapat memenuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh badan usaha.
Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Kondisi kerja dipandang mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kenyamanan, ketenangan, dan keamanan kerja. Terciptanya kondisi kerja yang nyaman akan membantu para karyawan untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja bisa lebih meningkat. Kondisi kerja yang baik merupakan kondisi kerja yang bebas dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya penerangan, maupun polusi seta bebas dari gangguan yang bersifat psikologis maupun temporary seperti privasi yang dimiliki karyawan tersebut maupunpengaturan jam kerja.
Menurut Newstrom (1996:481) adalah suatu jadwal kerja dimana karywan dapat memutuskan kapan mulai bkerja dan kapan mengakhiri pekerjaannya selama karywan dapat memenuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh badan usaha.
Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Kondisi kerja dipandang mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kenyamanan, ketenangan, dan keamanan kerja. Terciptanya kondisi kerja yang nyaman akan membantu para karyawan untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja bisa lebih meningkat. Kondisi kerja yang baik merupakan kondisi kerja yang bebas dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya penerangan, maupun polusi seta bebas dari gangguan yang bersifat psikologis maupun temporary seperti privasi yang dimiliki karyawan tersebut maupunpengaturan jam kerja.
2.1.3
Dimensi-dimensi Kondisi Kerja
Menurut
Isaken, S.G Dorval K.B dan Treffeinger, bahwa kondisi kerja yang kondusif
meliputi beberapa dimensi seperti:
1. Tantangan,
keterlibatan dan kesungguhan.
2. Kebebasan
mengambil keputusan.
3. Waktu
yang tersedia untuk memikirkan ide-ide baru.
4. Memberi
peluang untuk mencoba ide-ide baru.
5. Tinggi
rendahnya tingkat konflik.
6. Keterlibatan
dalam tukar pendapat.
7. Kesempatan
humor bercanda dan bersantai.
8. Tingkat
saling kepercayaan dan keterbukaan.
9. Keberanian
menanggung resiko/siap gagal.
Berdasarkan
dimensi-dimensi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan kondisi kerja
yang kondusif sebaiknya peusahaan memiliki dimensi-dimensi seperti yang telah
disebutkan di atas. Sehingga dengan terciptanya kondisi kerja yang baik maka
diharapkan dapat meningkatkan motivasi karyawan.
2.1.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Kerja
faktor yang
mempengaruhi pembentukan perilaku yang berhubungan dengan kondisi kerja, dapat
dikelompokan menjadi tiga macam yaitu kondisi kerja yang menyangkut :
1. Kondisi
fisik kerja, yang mencakup penerangan, suhu udara, suara kebisingan, penggunaan
warna, musik, kelembaban dan ruang gerak yang diperlukan.
2. Kondisi
psikologis kerja, misalnya stres kerja, bosan kerja dan letih kerja.
3. kondisi
temporer kerja, yang dimaksud adalah peraturan lama kerja, waktu istirahat
kerja dan shif kerja.
faktor-faktor yang membentuk kondisi kerja
adalah kegiatan pengaturan kerja yang mencakup
pengendalian suara bising, pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan suhu
udara, pelayanan kebutuhan karyawan, pengaturan penggunaan warna, pemeliharaan
kebersihan ditempat kerja, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan
karyawan.
Berdasarkan
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang membentuk kondisi
kerja sekaligus dijadikan sebagai indikator untuk kondisi kerja yaitu kondisi
fisik kerja, kondisi psikologis kerja dan kondisi temporer kerja.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu
diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu
cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugas
tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja
karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja
yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan
kerja pada tempat kerja tersebut
Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (1996:469) adalah among the more obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals and pollutans, and aesthetic features such as the colors of walls and flors, and the presence (or absence) of art work, music, plants decorative items. yang kira- kira berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, cirri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.
Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi uadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.
Faktor-faktor lingkungan kerja meliputi :
Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (1996:469) adalah among the more obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals and pollutans, and aesthetic features such as the colors of walls and flors, and the presence (or absence) of art work, music, plants decorative items. yang kira- kira berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, cirri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.
Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi uadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.
Faktor-faktor lingkungan kerja meliputi :
A.
Pencahayaan
Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.
b. Temperatur
Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun
c. Kebisingan
Menurut Newstrom (1996:469-478) bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.
d. Getaran
Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.
e. Pencemaran
Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai.
Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.
b. Temperatur
Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun
c. Kebisingan
Menurut Newstrom (1996:469-478) bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.
d. Getaran
Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.
e. Pencemaran
Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai.
f. Faktor Keindahan
Menurut Newstrom (1996:469-478) faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-bauan. Musik, warna dan bau-bauan yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dalam melaksankan pekerjaanya.
2.1.5
kondisi
kerja yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan
Beberapa macam kondisi kerja yang
dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan adalah penerangan, suhu udara,
suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan serta keamanan
kerja dalam perusahaan. Masing-masing jenis kondisi kerja ini perlu dipersipkan
dan direncanakan dengan baik oleh manajemen perusahaan, sehingga diperoleh
kenyamanan kerja yang memadai bagi para karyawan yang bekerja di dalam
perusahaan.
1.
Penerangan
Penerangan dalam kondisi kerja
adalah cukupnya sinar yang masuk di dalam ruang kerja masing-masing karyawan
perusahaan. Penerangan untuk ruang kerja merupakan faktor yang cukup penting
dalam kaitannya dengan peningkatan produktivitas kerja dari perusahaan,
sehingga para karyawan akan terdorong untuk bekerja dengan lebih baik dan hasil
kerja yang diperoleh perusahaan akan menjadi lebih baik. Penerangan yang tidak
memadai akan mengakibatkan para karyawan tidak jelas dalam melihat dan
mengamati pekerjaan yang dilaksanakannya, dimana hal ini akan memperbesar
tingkat kesalahan kerja dari para karyawan. Tepat tidaknya obyek yang dilihat
oleh para karyawan juga akan dipengaruhi oleh penerangan ini. Sehingga semakin
jelas bahwa penerangan yang cukup pada tempat kerja karyawan akan sangat
membantu karyawan dalam usaha peningkatan produktivitas kerja karyawan,
perbaikan kualitas kerja dan hasil kerja, peningkatan keamanan kerja dalam
proses produksi serta keberhasilan pelaksanaan proses produksi dalam
perusahaan.
Adapun beberapa keuntungan yang akan
dapat diperoleh dengan pelaksanaan sistem penerangan yang tepat bagi
perusahaan, antara lain sebagai berikut:
a.
Terdapat
kenaikan tingkat produksi
Dengan adanya penerangan yang cukup,
para karyawan dapat melihat dan mengamati obyek pekerjaannya dengan lebih
cermat dan cepat. Dengan demikian para karyawan perusahaan dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan waktu yang lebih singkat pula. Dengan jumlah waktu kerja
yang sama, maka unit output yang dihasilkan berarti akan menjadi lebih besar.
Dengan demikian jumlah produksi dalam perusahaan secara keseluruhan menjadi
bertambah besar, atau terdapat kenaikan tingkat produksi yang dilaksanakan
dalam perusahaan.
b. Terdapat perbaikan kualitas
pekerjaan para karyawan
Dengan digunakannya sistem
penerangan yang tepat pada masing-masing ruang kerja karyawan perusahaan, maka
para karyawan perusahaan dapat melihat dan mengamati obyek pekerjaannya dengan
lebih cermat. Kecermatan pengamatan ini sangat diperlukan dalam upaya
untuk dapat menaikkan tingkat kualitas kerja dari para karyawan perusahaan.
Penerangan yang kurang memadai pada masing-masing ruang kerja karyawan dapat
menimbulkan berbagai macam kesalahan yang tidak disengaja, sehingga kualitas
kerja karyawan perusahaan mengalami penurunan. Dengan demikian sistem
penerangan yang tepat untuk masing-masing ruang kerja karyawan dalam perusahaan
dapat berpengaruh terhadap kenaikan kualitas kerja parab karyawan.
c. Tingkat kecelakaan yang terjadi
dapat berkurang
Pelaksanaan proses produksi dalam
pabrik pada umumnya akan menuntut terdapatnya ketelitian dan kehati-hatian dari
masing-masing karyawan di dalam pabrik. Sehubungan dengan hal ini, maka
pemasangan tanda-tanda bahaya pada umumnya akan dicarikan lokasi yang tepat
sehingga mudah terbaca oleh para karyawan perusahaan. Dalam keadaan semacam
ini, jika tempat tanda bahaya tersebut tidak terdapat cukup sinar berakibat
tanda bahaya tidak terlihat atau tidak terbaca oleh karyawan perusahaan. Maka
manajemen perusahaan harus merencanakan penerangan yang tepat sehingga tanda
bahaya dapat terlihat dan terbaca dengan jelas dan mudah oleh para karyawan.
Sehingga para karyawan dapat berhati-hati jika berada pada daerah bahaya dan
kecelakaan yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan menjadi
sekecil-kecilnya.
d. Terdapat kemudahan pengamatan dan
pengawasan
Dengan digunakannya sistem penerangan yang tepat
dalam perusahaan yang bersangkutan, maka para karyawan perusahaan dapat
mengadakan pengamatan dan pengawasan yang cukup cermat terhadap obyek pekerjaan
yang dilakukan.
e. Terdapat peningkatan gairah kerja
para karyawan
Penerangan yang cukup pada raung
kerja karyawan akan dapat menimbulkan dampak positif bagi para karyawan
perusahaan. Dengan penerangan yang cukup maka ruang kerja dapat dijaga
kebersihannya, karena pengotoran ruangan yang terjadi segera kelihatan.
Mudahnya pengamatan, bersihnya ruang kerja serta tempat yang terang akan dapat
menimbulkan gairah kerja bagi para karyawana perusahaan.
f. Tingkat perputaran karyawan akan
berkurang
Hubungan kerja yang baik akan
semakin memperkokoh kesetiaan para karyawan kepada perusahaan, sehingga semakin
lama para karyawan akan merasa bertanggung jawab penuh terhadap perusahaan,
merasa bahwa perusahaan digunakan sebagai tempat menyandarkan diri untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga tidak terfikir lagi untuk keluar dari
perusahaan untuk mencari pekerjaan lain. Sehingga tingkat perputaran (turn
over) dari para karyawan akan sangat kecil, karena para karyawan merasa
senang dan puas bekerja di dalam perusahaan.
g. Kerusakan barang dalam proses
berkurang
Adanya sistem penerangan yang baik
pada ruang kerja karyawan perusahaan akan dapat memudahkan pengamatan yang baik
terhadap obyek pekerjaannya, mempertinggi gairah kerja para karyawan,
mempertinggi kualitas kerja para karyawan, mengurangi tingkat kesalahan yang
dilakukan oleh karyawan dan mengurangi kebosanan karyawan terhadap
pekerjaannya.
h. Biaya produksi dapat ditekan
Turunnya biaya per unit merupakan
faktor yang sangat menguntungkan perusahaan, terutama dalam upaya penekanan
biaya produksi dalam perusahaan. Hal ini ditambah dengan semakin baiknya
kualitas kerja para karyawan perusahaan dan berkurangnnya kerusakan barang
dalam proses akan dapat memperkecil biaya produksi per unit dalam perusahaan.
Sistem penerangan yang tepat
mempunyai dua persyaratan utama, yang pertama adalah terdapatnya sinar
yang cukup apada ruang kerja yang tidak menyilaukan para karyawan yang bekerja
di dalamnya. Sedangkan yang kedua adalah terdapatnya distribusi
cahaya yang merata, sehingga tidak terdapat kontras yang tajam dalam ruang
kerja para karyawan tersebut.
a. Sinar yang terang dan tidak
menyilaukan
Sistem penerangan yang tepat akan
dapat membuahkan sinar yang cukup terang dalam ruang kerja, tetapi tidak
menyilaukan para karyawan yang bekerja di dalamnya. Keperluan akan terangnya
sinar yang masuk ini akan berbeda-beda untuk jenis pekerjaan yang berbeda.
Sinar yang masuk ini diusahakan agar tidak menyilaukan mata meskipun sinar ini
harus cukup untuk menerangi ruang kerja. Sinar yang menyilaukan justru dapat
menurunkan produktivitas kerja para karyawan perusahaan. Sehingga dalam
penyusunan dari perencanaan sistem penerangan dalam perusahaan masalah cukupnya
sinar masuk dan terdapatnya sinar yang tidak menyilaukan sangat perlu untuk
diperhatikan oleh manajemen perusahaan.
b. Distribusi cahaya yang merata
Pemerataan distribusi cahaya
terhadap seluruh ruangan dalam perusahaan akan memudahkan para karyawan
perusahaan untuk mengadakan penyesuaian mata, sehingga para karyawan tidak
menderita kelelahan mata karena terdapat perbedaan sinar yang menyolok dari masing-masing
ruang kerja yang ada dalam perusahaan. Perbedaan yang masih dapat dibenarkan
adalah perbedaan kuat penerangan dari masing-masing ruang kerja yang disebabkan
oleh persyaratan teknis dalam penyelesaian pekerjaan yang terdapat didalam
ruangan tersebut.
2.
Sumber Penerangan
Manajer perlu mempertimbangkan
efisiensi dalam penggunaan sumber penerangan serta pertimbangan biaya yang
harus dikeluarkan dengan dipilihnya salah satu sumber penerangan tersebut.
Secara umum, penerangan yang dapat
dipergunakan dalam perusahaan ini ditinjau dari sumbernya akan dapat dipisahkan
menjadi dua, yaitu penerangan alami dan buatan. Penerangan alami adalah sistem
penerangan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sinar matahari atu merupakan
penerangan dengan mempergunakan energi lain yang dipersiapkan untuk sistem
penerangan tersebut. Ditinjau dari segi biaya untuk penerangan, biaya untuk
penerangan alami akan relatif murah. Namun penerangan alami ini akan
terpengaruh oleh cuaca, sehingga kadang-kadang sinar yang masuk tidak memadai
untuk proses produksi. Oleh karena itu pada umumnya di dalam ruang kerja
dipergunakan penerangan alami untuk penerangan utama yang kemudian dilengkapi
dengan penerangan buatan.
Penerangan buatan dapat dilakukan
dengan lampu minyak atau lampu listrik. Penggunaan lampu minyak biasanya
digunakn pada perusahaan kecil tradisional, yakni pada daerah pelosok yang
belum terjangkau listrik. Sistem penerangan ini umumnya hanya sebagai penunjang
saja. Untuk perusahaan-perusahaan menengah, pada umumnya penggunaan lampu
minyak ini akan dipergunakan sebagai cadangan apabila arus listrik tiba-tiba
terputus.
Lampu listrik yang sering digunakan
dalam perusahaan ini antara lain lampu pijar, lampu TL, dan lampu mercury.
Lampu pijar akan dipergunakan oleh perusahaan karena harganya yang murah,
pemeliharaannya yang mudah, kualitas sinar yang cukup memadai dan tidak perlu
waktu tunggu saat dinyalakan. Namun tingkat efisiensi yang tidak begitu tinggi
serta pendeknya umur ekonomis selayaknya juga perlu dipertimbangkan.
Tingkat efisiensi yang tinggi dari
lampu TL serta jernihnya sinar yang dihasilkan akan dapat menunjang pelaksanaan
proses produksi. Namun perlu diingat di dalam pemasangan lampu TL untuk ruang
kerja ini pada umumnya akan dipasang berpasangan. Pemasangan semacam ini
mempunyai tujuan untuk mengurangi efek getaran sinar yang ditimbulkan oleh
lampu TL tersebut. Harga lampu TL relatif mahal namun umur ekonomisnya relatif
lebih panjang.
Pemasangan sumber sinar dapat mempengaruhi
efektifitas penyinaran terhadap obyek pekerjaan masing-masing karyawan.
Dalam hal pemasangan sumber sinar ini terdapat lima cara yang berbeda, antara
lain:
- a. Penerangan langsung, yakni langsung dari sumber sinar terhadap obyek,intenitas cahaya 90-100% di bawah sumber, dan 0-10% di atas sumber.
- b. Penerangan setengah langsung, yakni penyebaran sinar 60-90% untuk area bawah, sedangkan atas berkisar antara 10-40%.
- c. Penyebaran merata, merupakan penerangan dengan pancaran sinar yang merata ke dalam seluruh ruangan.
- d. Penerangan setengah tidak langsung, merupakan pembauran sinar yang pada ummnya sumber sinar akan diarahkan kepada langit-langit ruangan dan daripadanya akan terdapat pembauran sinar tersebut. Distribusi penerangan 60-90%di atas dan 10-40% di bagian bawah.
- e. Penerangan tidak langsung, proporsi sinar di atas sumber berkisar 90-100%, sedang di bawah 0-10%.
3.
Suhu Udara
Suhu udara ruang kerja para karyawan
perusahaan akan ikut mempengaruhi produktivitas kerja para karyawan. Suhu yang
terlalu panas bagi para karyawan perusahaan ini akan dapat menjadi penyebab
turunnya gairah kerja para karyawan tersebut.
Beberapa jalan yang dapat digunakan
oleh manajemen perusahaan di dalam rangka pengaturan suhu udara dalam ruang
kerja para karyawan dari perusahaan yang bersangkutan tersebut anatara lain:
a. Ventilasi yang cukup pada gedung pabrik
Apabila pabrik yang didrikan oleh
perusahaan yang bersangkutan ini dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup,
maka pertukaran udara yang memadai akan dapat diharapan terjadi pada
masing-masing ruang kerja para karyawan, sehingga dapat melaksanakan tugas
dengan baik. Biaya untuk pemasangan ventilasi relatif murah dan hanya
dikeluarkan pada saat pembangunan.
b. Pemasangan kipas angin
Untuk membantu proses terjadinya
pertukaran udara yang cukup di dalam ruang kerja par karyawan perusahaan ini,
maka umumnya perusahaan akan memasang kipas angin dalam ruang kaerja mereka.
Biaya untuk pemasangannya relatif kecil namun memerlukan biaya operasional.
c. Pemasangan air conditioning
AC dapat digunakan untuk pengaturan
udara dan kelembapan udara. Biaya pemasangan serta biaya operasional dari alat
ini cukup tinggi akan menyebabkan kebanyakan perusahaan kecil dan menengah
tidak mempergunakannya. Namun bagi perusahaan besar hal ini mungkin sudah
biasa.
d. Pemasangan humidifier
Peralatan yang lain dapat
dipergunakan dalam usaha untuk mengatur suhu udara dan kelembapan ini adalah humidifier.
Dengan alat ini maka kelembapan udar di dalam ruang kerja tersebut akan dapat
disesuaikan denn kebutuhan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan yang
bersangkutan.
4.
Suara Bising
Di dalam pelaksanaan proses produksi
dari suatu perusahaan, maka pada umumnya akan terdapat suara bising dari mesin
dan peralatan produksi yang digunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Suara bising yang terus-menerus sebenarnya akan dapat menurunkan kesehatan para
karyawan yang bekerja di dalam perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu
penanggulangan terhadap suara bising ini sangat perlu untuk dipertimbangkan
oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan di dalam perencanaan kondisi kerja
untuk para karyawan perusahaan pada khususnya, serta perencanaan lingkungan
kerja pada umumnya.
Adapun beberapa metode yang dapat
digunakan untuk pengaturan dan pengendalian suara bising yang terdapat di dalam
perusahaan tersebut antara lain :
a. Pengendalian sumber suara
Pengurangan suara dari mesin dan peralatan produksi yang ada dan
dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dilaksanakan
dengan jalan mengadakan pemeliharaan yang baik dan teratur terhadap mesin dan
peralatan tersebut. Selain itu, pengawasan terhadap bekerjanya pipa gas buang
dari mesin-mesin perusahaan sangat diperlukan pula.
b. Isolasi dari suara
Di dalam beberapa hal, suara bising
yang ditimbulkan oleh mesin dan peralatan yang digunakan tersebut dapat
diisolir di dalam ruang mesin yang bersangkutan. Isolasi suara ini dapat
dilaksanakan dengan menutup rapat ruang mesin tersebut dengan dinding tembok
yang cukup kuat dan rapat, sehingga suara yang ditimbulkan oleh mesin yang
bekerja di dalam ruang tersebut dapat diisolasi dengan baik. Dengan tertutup
rapatnya ruangan tersebut, maka tidak boleh dilupakan untuk memberikan saluran
gas buang yang cukup baik bekerjanya, keluar dari ruangan mesin tersebut
dikarenakan penumpukan gas buang pada ruang mesin tersebut sangat membahayakan
karyawan yang bekerja di dalam ruang tersebut.
c. Penggunaan peredam suara
Peredam suara yang dipasang di dalam
ruang kerja para karyawan (terutama pada karyawan bagian administrasi) ini akan
menyerap getaran suara dan tidak memantulkannya. Peredam suara ini pada umumnya
akan dipasang pada setiap dinding ruangan tersebut akan dapat teredam dengan
baik dan tidak dipantulkannya kembali oleh dinding-dinding ruang kerja tersebut.
d. Penggunaan sistem akustik
Dengan pemasangan sistem akustik
ini, maka akan terdapat perubahan-perubahan kecil dari perencanaan ruang
dilihat dari kepentingan mesin dan peralatan produksi yang digunakan. Hal ini
disebabkan karena susunan ruangan yang akan dibuat dalam hal ini ditambah
dengan
pertimbangan minimisasi dampak suara
yang ditimbulkan oleh mesin dan peralatan yang digunakan di dalam perusahaan.
e. Pemakaian alat perlindungan telinga
Di dalam sebuah perusahaan, akan terdapat
beberapa ruangan tertentu yang mau tidak mau akan terdapat suara bising di
dalam ruang tersebut. Untuk menghindarkan diri dari dampak negatif yang akan
diderita oleh para karyawan yang bekerja di ruang tersebut, maka pada umumnya
para karyawan yang bersangkutan akan dilengkapi dengan alat perlindungan
telinga yang harus digunakan apabila para karyawan masuk ke dalam ruangan
tersebut.
5.
Penggunaan Warna
Masalah penggunaan warna di dalam
ruang kerja para karyawan perusahaan pada umumnya belum mendapatkan perhatian
dengan semestinya oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Pemilihan warna
yang cerah atau yang gelap belum tentu akan menaikkan atau menurunkan
produktifitas kerja para karyawan perusahaan yang bersangkutan.
Pedoman di dalam pemilihan warna
yang digunakan di dalam ruang kerja dalam perusahaan yang bersangkutan adalah:
Perkiraan Pemantulan Sinar dari
Warna yang Digunakan
No
|
Permukaan
|
Warna
|
Pemantulan (+/-)
|
1
2
3
4
5
|
Atap/
langit-langit
Dinding
atas
Dinding
bawah
Dasar tempat
kerja
Lantai
|
Putih
Hijau muda
Kuning
muda
Hijau tua
Kuning tua
Hijau
sedang
Kuning
sedang
..................
|
75% - 80%
50% - 55%
25% - 35%
30% - 40%
10% - 20%
|
Pada dasarnya pemilihan warna yang
dilaksanakan oleh manajemen perusahaan ini mempunyai tujuan untuk dapat lebih
memperjelas pengamatan para karyawan perusahaan tersebut kepada obyek
pekerjaanya.
7.
Ruang Gerak yang Diperlukan
Agar para karyawan perusahaan ini
dapat leluasa bekerja dengan baik, maka ruang gerak dari para karyawan perlu
diberikan di dalam besar ruangan yang memadai. Pada umumnya di dalam suatu
perusahaan tersebut tidak diinginkan adanya penurunan produktifitas kerja yang
dikarenakan oleh terlalu sempitnya ruang gerak para karyawan atau juga
terjadinya pemborosan ruangan di dalam perusahaan tersebut.
Untuk menyusun ruang gerak yang
tepat bagi para karyawan perusahaan tersebut, berikut disajikan gambar-gambar
yang diperkirakan dapat membantu di dalam penyusunan ruang gerak tersebut.
Bagan 42 dan 43 berikut ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam
penyusunan ruang gerak para karyawan.
8.
Keamanan Kerja
Pada umumnya perencanaan keamanan
kerja yang disusun untuk suatu perusahaan akan berhubungan erat dengan layout
pabrik yang digunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Keamanan kerja
para karyawan ini tergantung pada mesin dan peralatan produksi yang digunakan
perusahaan, maka ruang gerak yang disediakan untuk para karyawan di dalam
perusahaan juga akan berpengaruh. Ruang gerak yang cukup serta keamanan
penggunaan mesin dan peralatan produksi akan dapat mengurangi tingkat
kecelakaan kerja di dalam perusahaan.
Faktor yang menjadi penyebab
terhadap turunnya tingkat keamanan kerja yang harus diperhatikan oleh manajemen
perusahaan yang bersangkutan antara lain:
a.
Tidak cukupnya ruang gerak yang
diperlukan oleh para karyawan pada tempat kerja karyawan yang bersangkutan.
b.
Tidak kuatnya daya tahan dari lantai
yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan proses produksi.
c.
Tidak tersedianya alat pemadam
kebakaran di dalam jumlah yang memadai.
d.
Tempat kerja para karyawan
perusahaan tersebut merupakan daerah bahaya.
e.
Terdapatnya beberapa gangguan proses
produksi yang dikarenakan oleh rusaknya lantai pabrik.
2.1.6
Pengaruh
Kondisi Kerja Terhadap Motivasi kerja
Hubungan
kondisi kerja dengan motivasi kerja dari teori Herzberg (2006:283) yang dikutip
oleh Fred Luttans, menyatakan bahwa:
“Kondisi
kerja yang merupakan faktor yang dapat menimbulkan ketidakpuasan dimana jika
kondisi kerja yang kondusif dan memadai maka akan cenderung meningkatkan
motivasi kerja karyawan”.
Maharudin
Pangewa (2004:92), menyatakan bahwa :
“Salah
satu faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi kondisi kerja yaitu motivasi
kerja”.
Menurut
Teori Sutermeister ( Yayat Hayati Djatmiko, 2004:71), menyatakan bahwa :
“Faktor
yang mempengaruhi kondisi kerja yang meliputi kondisi fisik dan kondisi sosial
kerja adalah motivasi kerja”.
maka
dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja merupakan salah satu faktor strategis
yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan. Dengan diperhatikannya kondisi kerja
dengan baik maka secara otomatis akan mempengaruhi kepada motivasi kerja
karyawan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
kondisi
kerja adalah kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan yang
bersangkutan pada pabrik yang didirikan oleh perusahaan dan kondisi kerja merupakan salah satu
faktor strategis yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan. Dengan
diperhatikannya kondisi kerja dengan baik maka secara otomatis akan mempengaruhi
kepada motivasi kerja karyawan itu sendiri.
1.2 Saran
Jadikan kondisi kerja yang baik dapat membuat kita bekerja lebih maksimal
dan kondisi kerja yang baik juga akan mempengaruhi pada motivasi serta hasil
kerja karyawan itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
DrsMoh. As’ad,
S.U., Psi, psikologi industri “ sumber daya manusia “, 1999, Liberty,
Yogyakarta.
http://www.Keadaan
kerja.co.id
perpustakaan
kampus C universitas Bina Darma palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar