Minggu, 13 Mei 2012

HARI IBU

hari ibu" SELAMAT HARI IBU " “Sekuntum melati, lambang kasih nan suci.   Ibu Indonesia, pembina tunas bangsa.   Berkorban sadar cita, tercapai dengan giat bekerja.   Merdeka laksanakan bhakti pada Ibu Pertiwi”   Sekuntum melati, lambang kasih nan suci. sangat indah bukan, melati yang harum mewangi sepanjang hari sebagai lambang kasih nan suci. lambang Hari Ibu adalah setangkai bunga melati dengan kuntumnya. Secara pasti tidak tahu sejarah kenapa melati dijadikan lambang Hari Ibu.  Lambang tersebut digunakan untuk menggambarkan 3 hal:  1.    Kasih sayang kodrati antara ibu dan anak; 2.     Kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak;  3.    Kesadaran wanita untuk menggalang kesatuan dan persatuan,  4.    keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara.  Padahal peringatan hari Ibu Indonesia sebenarnya dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda, bahwa betapa besar jasa para pejuang perempuan mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan untuk memperjuangkan kesatuan, persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Hakekat Hari Ibu di Indonesia adalah nasionalisme kaum hawa Indonesia. Benih2nya saat persiapan kemerdekaan dan masa perang kemerdekaan.  Berbeda dengan sejarah ditetapkannya Hari Ibu, sekarang ini Hari Ibu oleh bangsa Indonesia diperingati tidak hanya untuk menghargai jasa-jasa pejuang perempuan, tetapi juga jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu dan istri maupun sebagai warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai pejuang dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional.  Yah perayaan yang umum sekarang ini lebih pada penghargaan kepada kaum Ibu yang melahirkan kita, secara personal. Terlihat jelas dari status teman-teman di facebook, tweet di twitter ataupun YM. Di Blackberry Messenger juga tak kalah, semua pada mengganti pic profile dengan foto bersama ibu/mamanya masing-masing. “Selamat Hari Ibu…”, “Aku Sayang Ibu…” itu beberapa kalimat yang paling banyak muncul hari ini.  Setahun lalu, ditanggal yang sama, saya juga menulis post dengan judul "Setiap Hari adalah Hari Ibu", bukan untuk mengecilkan peringatan Hari Ibu ini tapi bagi saya setiap hari adalah hari spesial untuk ibu, terlebih saya yang tidak setiap waktu bisa ketemu sama ibu karena dipisahkan jarak :)  Ingin tau bagaimana sebenarnya sejarah Hari Ibu di Indonesia?  Pimpinan perkumpulan kaum perempuan tergugah untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri saat Sumpah Pemuda dan Lagu Indonesia Raya dilantunkan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda Indonesia. Pada saat itu sebagian besar perkumpulan perempuan masih merupakan bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa.  Selanjutnya, atas prakarsa para perempuan pejuang pergerakan kemerdekaan pada tanggal 22-25 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama kali di Yogyakarta. Salah satu keputusannya adalah di bentuknya satu organisasi bernama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).  Melalui PPPI terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan untuk secara bersama-sama kaum laki-laki berjuang meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju.  Pada tahun 1929 PPPI berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Kongres tersebut disamping berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia, juga menetapkan fungsi utama Perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.  Pada tahun 1938 Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Tahun 1946 Badan ini menjadi Kongres Wanita Indonesia di singkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman. Peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember tersebut kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia. Selanjutnya, dikukuhkan oleh Pemerintah dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember 1959, yang menetapkan bahwa Hari Ibu tanggal 22 Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur.   Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen. Tahun berikutnya dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Balai Srikandi oleh Ibu Sukanto (Ketua Kongres Pertama). Kemudian diresmikan oleh Menteri Maria Ulfah (Menteri Perempuan Pertama yang diangkat tahun 1950) tahun 1956. Akhirnya pada tahun 1983, Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen itu menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Jogjakarta. “Makna Hari Ibu” Hari ini tanggal 22 Desember 2008 kita memperingati Hari Ibu yang dirayakan secara nasional. Di beberapa negara juga terdapat peringatan Hari Ibu yang lebih dikenal dengan nama Mother’s Day. Walaupun ada perbedaan hari seperti di Amerika dan Kanada merayakan Hari Ibu pada hari Minggu di minggu kedua bulan Mei, namun maknanya tetap sama. Kata ibu disini mencangkup Ibu, Nenek maupun Calon Ibu. Sejarah hari ibu di indonesia sendiri dimulai dengan diadakannya kongres pertama organisasi-organisasi wanita di Jogjakarta pada tanggal 22 Desember 1928. Kongres perempuan ini kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912 yang terilhami oleh pejuang wanita nasional seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.  Jadi jelas kongres perempuan ini bertujuan atau memiliki makna untuk ikut mengambil bagian dalam pergerakan nasional. Saat ini Indonesia sudah merdeka namun wanita selalu mengambil bagian dalam rangka pembangunan nasional. Di susunan kabinet menteri sudah sering wanita menduduki posisi menteri, bahkan menjadi presiden RI ke-5, yaitu Megawati Soekarno Putri. Peran wanita dalam pemerintahan pusat maupun daerah juga tidak dapat dipungkiri. Ditengah keterbatasan wanita, ternyata wanita mampu untuk ikut berpartisipasi dalam dominasi dunia pria di Indonesia. Kita sudah sering melihat prestasi wanita dalam berbagai bidang seperti politik, sosial, teknologi, maupun olah raga. Walaupun masih banyak orang yang merendahkan kaum wanita namun mereka tetap dapat menunjukkan eksistensinya dalam berbagai bidang. Jika demikian apakah kita pantas untuk merendahkan martabat kaum wanita? Terlepas dari peran serta wanita dalam berbagai bidang, hendaknya kita memaknai Hari Ibu karena peran besarnya dalam melahirkan dan merawat kita sehingga menjadi pribadi yang besar saat ini. Seringkali kita melihat di samping pemimpin besar selalu ada wanita yang tangguh. Baik sebagai istri maupun sebagai Ibu kita akan selalu melihat fenomena ini di Dunia. Jadi kita hendaknya harus selalu menghormati kaum wanita karena peran besar seorang Ibu yang tak dapat digantikan oleh kaum pria yaitu melahirkan Anak. Tanpa beliau kita tidak ada di muka bumi ini. Mario Teguh menyebutkan dalam Golden Ways, hanya dengan memikirkan atau mengucapkan kata ibu maka kita langsung teringat dengan jasa Ibu kita, membuat diri kita terenyuh dan berpikir apakah saya sudah berbuat baik untuk membalas jasa besar Ibu kita? Jasa ibu sendiri tidak bisa kita gantikan dalam kehidupan ini. Sebagai anak maka patutlah bagi kita untuk mendengarkan nasehat beliau dan merawat beliau kelak ketika sudah berumur. Sebagai seorang suami maka hendaknya suami selalu menghormati pendapat istri dan tidak menganggap rendah istrinya sehingga melakukan kekerasan rumah tangga karena kelemahan wanita. Marilah kita memaknai Hari Ibu ini dengan lebih menghormati jasa dan peran wanita dalam hidup kita. “ Surga berada dibawah telapak kaki para ibu, bagi siapa yang mereka kehendaki mereka akan masukkan kedalam surga dan bagi siapa yang mereka kehendaki mereka akan keluarkan dari surga. ”  Al-Hindi menyebutkan hadits ini di dalam al-Kanz no. 45439, dari hadits Anas bin Malik. Dan hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Qudha’i, ad-Daulabi, Abu asy-Syaikh di dalam al-Fawa`id dan selain mereka. Pada sanadnya terdapat Manshur bin al-Muhajir dan Abu an-Nazhar al-Abaar keduanya perawi yang tidak dikenal. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Adi dan al-’Uqaili dari hadits Ibnu Abbas. Pada sanadnya terdapat Musa bin Atha` dan dia seorang pendusta. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ”Saya tidak mengetahui hadits ini secara lafazh diriwayatkan secara marfu’ dengan sanad yang shahih.” Ibnu Thahir menghukumi hadits ini sebagai hadits yang mungkar. Syaikh al-Albani menghukumi hadits dengan lafazh ini sebagai hadits yang maudhu`, seperti tertera di dalam adh-Dha’ifah no. 593, untuk lebih jelas silahkan merujuk kepada kitab beliau rahimahullah ta’ala.  Dan sebagai faidah, asy-Syaikh al-Albani di dalam kitab tersebut dan juga di dalam al-Irwa` (5/21) menyebutkan hadits yang semakna dari hadits Mu’awiyah bin Jahimah, bahwa Jahimah datang menemui nabi shallallahu ’alaihi wasallam dan berkata, ”Wahai Rasulullah saya berkeinginan untuk turut berperang, dan saya datang untuk bermusyawarah dengan anda?” Maka beliau menjawab, ”Apakah engkau memiliki ibu?” Dia menjawab, ”Iya.” Beliau lalu bersabda, ”Tetaplah engkau bersamanya, karena surga berada dibawah kedua kakinya.” HR. An-Nasa`i (no.3104), al-Hakim (2/104, 4/151), Ahmad (3/429), Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Musnad (2/7/2).   Al-Hakim berkata ”sanadnya shahih” dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Saya (al-Albani) berkata, ”Demikian yang mereka katakan, sedangkan Thalhan bin abdullah tidak seorangpun yang men-tsiqahkannya selain Ibnu Hibban, namun beberapa perawi telah meiwayatkan darinya. Dengan begitu dia seorang yang hasan hadits-nya insya Allah. Di dalam at-Taqrib disebutkan –tentang dirinya-, ”Maqbul.” Dan terdapat mutaba’ah (penguat) baginya oleh Muhammad bin Ishaq bin Thalhah, diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2781) …”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar