Minggu, 13 Mei 2012

HARI IBU

hari ibu" SELAMAT HARI IBU " “Sekuntum melati, lambang kasih nan suci.   Ibu Indonesia, pembina tunas bangsa.   Berkorban sadar cita, tercapai dengan giat bekerja.   Merdeka laksanakan bhakti pada Ibu Pertiwi”   Sekuntum melati, lambang kasih nan suci. sangat indah bukan, melati yang harum mewangi sepanjang hari sebagai lambang kasih nan suci. lambang Hari Ibu adalah setangkai bunga melati dengan kuntumnya. Secara pasti tidak tahu sejarah kenapa melati dijadikan lambang Hari Ibu.  Lambang tersebut digunakan untuk menggambarkan 3 hal:  1.    Kasih sayang kodrati antara ibu dan anak; 2.     Kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak;  3.    Kesadaran wanita untuk menggalang kesatuan dan persatuan,  4.    keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara.  Padahal peringatan hari Ibu Indonesia sebenarnya dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda, bahwa betapa besar jasa para pejuang perempuan mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan untuk memperjuangkan kesatuan, persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Hakekat Hari Ibu di Indonesia adalah nasionalisme kaum hawa Indonesia. Benih2nya saat persiapan kemerdekaan dan masa perang kemerdekaan.  Berbeda dengan sejarah ditetapkannya Hari Ibu, sekarang ini Hari Ibu oleh bangsa Indonesia diperingati tidak hanya untuk menghargai jasa-jasa pejuang perempuan, tetapi juga jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu dan istri maupun sebagai warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai pejuang dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional.  Yah perayaan yang umum sekarang ini lebih pada penghargaan kepada kaum Ibu yang melahirkan kita, secara personal. Terlihat jelas dari status teman-teman di facebook, tweet di twitter ataupun YM. Di Blackberry Messenger juga tak kalah, semua pada mengganti pic profile dengan foto bersama ibu/mamanya masing-masing. “Selamat Hari Ibu…”, “Aku Sayang Ibu…” itu beberapa kalimat yang paling banyak muncul hari ini.  Setahun lalu, ditanggal yang sama, saya juga menulis post dengan judul "Setiap Hari adalah Hari Ibu", bukan untuk mengecilkan peringatan Hari Ibu ini tapi bagi saya setiap hari adalah hari spesial untuk ibu, terlebih saya yang tidak setiap waktu bisa ketemu sama ibu karena dipisahkan jarak :)  Ingin tau bagaimana sebenarnya sejarah Hari Ibu di Indonesia?  Pimpinan perkumpulan kaum perempuan tergugah untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri saat Sumpah Pemuda dan Lagu Indonesia Raya dilantunkan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda Indonesia. Pada saat itu sebagian besar perkumpulan perempuan masih merupakan bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa.  Selanjutnya, atas prakarsa para perempuan pejuang pergerakan kemerdekaan pada tanggal 22-25 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama kali di Yogyakarta. Salah satu keputusannya adalah di bentuknya satu organisasi bernama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).  Melalui PPPI terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan untuk secara bersama-sama kaum laki-laki berjuang meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju.  Pada tahun 1929 PPPI berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Kongres tersebut disamping berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia, juga menetapkan fungsi utama Perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.  Pada tahun 1938 Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Tahun 1946 Badan ini menjadi Kongres Wanita Indonesia di singkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman. Peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember tersebut kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia. Selanjutnya, dikukuhkan oleh Pemerintah dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember 1959, yang menetapkan bahwa Hari Ibu tanggal 22 Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur.   Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen. Tahun berikutnya dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Balai Srikandi oleh Ibu Sukanto (Ketua Kongres Pertama). Kemudian diresmikan oleh Menteri Maria Ulfah (Menteri Perempuan Pertama yang diangkat tahun 1950) tahun 1956. Akhirnya pada tahun 1983, Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen itu menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Jogjakarta. “Makna Hari Ibu” Hari ini tanggal 22 Desember 2008 kita memperingati Hari Ibu yang dirayakan secara nasional. Di beberapa negara juga terdapat peringatan Hari Ibu yang lebih dikenal dengan nama Mother’s Day. Walaupun ada perbedaan hari seperti di Amerika dan Kanada merayakan Hari Ibu pada hari Minggu di minggu kedua bulan Mei, namun maknanya tetap sama. Kata ibu disini mencangkup Ibu, Nenek maupun Calon Ibu. Sejarah hari ibu di indonesia sendiri dimulai dengan diadakannya kongres pertama organisasi-organisasi wanita di Jogjakarta pada tanggal 22 Desember 1928. Kongres perempuan ini kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912 yang terilhami oleh pejuang wanita nasional seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.  Jadi jelas kongres perempuan ini bertujuan atau memiliki makna untuk ikut mengambil bagian dalam pergerakan nasional. Saat ini Indonesia sudah merdeka namun wanita selalu mengambil bagian dalam rangka pembangunan nasional. Di susunan kabinet menteri sudah sering wanita menduduki posisi menteri, bahkan menjadi presiden RI ke-5, yaitu Megawati Soekarno Putri. Peran wanita dalam pemerintahan pusat maupun daerah juga tidak dapat dipungkiri. Ditengah keterbatasan wanita, ternyata wanita mampu untuk ikut berpartisipasi dalam dominasi dunia pria di Indonesia. Kita sudah sering melihat prestasi wanita dalam berbagai bidang seperti politik, sosial, teknologi, maupun olah raga. Walaupun masih banyak orang yang merendahkan kaum wanita namun mereka tetap dapat menunjukkan eksistensinya dalam berbagai bidang. Jika demikian apakah kita pantas untuk merendahkan martabat kaum wanita? Terlepas dari peran serta wanita dalam berbagai bidang, hendaknya kita memaknai Hari Ibu karena peran besarnya dalam melahirkan dan merawat kita sehingga menjadi pribadi yang besar saat ini. Seringkali kita melihat di samping pemimpin besar selalu ada wanita yang tangguh. Baik sebagai istri maupun sebagai Ibu kita akan selalu melihat fenomena ini di Dunia. Jadi kita hendaknya harus selalu menghormati kaum wanita karena peran besar seorang Ibu yang tak dapat digantikan oleh kaum pria yaitu melahirkan Anak. Tanpa beliau kita tidak ada di muka bumi ini. Mario Teguh menyebutkan dalam Golden Ways, hanya dengan memikirkan atau mengucapkan kata ibu maka kita langsung teringat dengan jasa Ibu kita, membuat diri kita terenyuh dan berpikir apakah saya sudah berbuat baik untuk membalas jasa besar Ibu kita? Jasa ibu sendiri tidak bisa kita gantikan dalam kehidupan ini. Sebagai anak maka patutlah bagi kita untuk mendengarkan nasehat beliau dan merawat beliau kelak ketika sudah berumur. Sebagai seorang suami maka hendaknya suami selalu menghormati pendapat istri dan tidak menganggap rendah istrinya sehingga melakukan kekerasan rumah tangga karena kelemahan wanita. Marilah kita memaknai Hari Ibu ini dengan lebih menghormati jasa dan peran wanita dalam hidup kita. “ Surga berada dibawah telapak kaki para ibu, bagi siapa yang mereka kehendaki mereka akan masukkan kedalam surga dan bagi siapa yang mereka kehendaki mereka akan keluarkan dari surga. ”  Al-Hindi menyebutkan hadits ini di dalam al-Kanz no. 45439, dari hadits Anas bin Malik. Dan hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Qudha’i, ad-Daulabi, Abu asy-Syaikh di dalam al-Fawa`id dan selain mereka. Pada sanadnya terdapat Manshur bin al-Muhajir dan Abu an-Nazhar al-Abaar keduanya perawi yang tidak dikenal. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Adi dan al-’Uqaili dari hadits Ibnu Abbas. Pada sanadnya terdapat Musa bin Atha` dan dia seorang pendusta. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ”Saya tidak mengetahui hadits ini secara lafazh diriwayatkan secara marfu’ dengan sanad yang shahih.” Ibnu Thahir menghukumi hadits ini sebagai hadits yang mungkar. Syaikh al-Albani menghukumi hadits dengan lafazh ini sebagai hadits yang maudhu`, seperti tertera di dalam adh-Dha’ifah no. 593, untuk lebih jelas silahkan merujuk kepada kitab beliau rahimahullah ta’ala.  Dan sebagai faidah, asy-Syaikh al-Albani di dalam kitab tersebut dan juga di dalam al-Irwa` (5/21) menyebutkan hadits yang semakna dari hadits Mu’awiyah bin Jahimah, bahwa Jahimah datang menemui nabi shallallahu ’alaihi wasallam dan berkata, ”Wahai Rasulullah saya berkeinginan untuk turut berperang, dan saya datang untuk bermusyawarah dengan anda?” Maka beliau menjawab, ”Apakah engkau memiliki ibu?” Dia menjawab, ”Iya.” Beliau lalu bersabda, ”Tetaplah engkau bersamanya, karena surga berada dibawah kedua kakinya.” HR. An-Nasa`i (no.3104), al-Hakim (2/104, 4/151), Ahmad (3/429), Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Musnad (2/7/2).   Al-Hakim berkata ”sanadnya shahih” dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Saya (al-Albani) berkata, ”Demikian yang mereka katakan, sedangkan Thalhan bin abdullah tidak seorangpun yang men-tsiqahkannya selain Ibnu Hibban, namun beberapa perawi telah meiwayatkan darinya. Dengan begitu dia seorang yang hasan hadits-nya insya Allah. Di dalam at-Taqrib disebutkan –tentang dirinya-, ”Maqbul.” Dan terdapat mutaba’ah (penguat) baginya oleh Muhammad bin Ishaq bin Thalhah, diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2781) …”

psikologi belajar 2


PSIKOLOGI BELAJAR
Universitas Bina Darma Palembang

PENDAHULUAN
*      Secara historis studi ilmiah tentang belajar dilakukan oleh psikolog.
*      Dipelopori oleh ahli-ahli seperti Ebbinghaus (1885), Bryan dan Harter (1897, 1899) dan Thorndike (1898).
*      Banyak Psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa belajar merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah laku (Hilgard, 1956), didukung oleh Tollman, Guthrie dan Hull.   
Pengaruh Pra Psikologi Terhadap Studi Belajar
*      Filsafat:
            Objek studi dari para filosof adalah peranan pikiran individu dalam mempersepsikan dunianya.
            Aristoteles : belajar itu melalui asosiasi
            Tiga hukum asosiasi :         contiguity, similarity dan law of contrast.
*      Psikologi Belajar Sebagai Ilmu Pengetahuan :
Psikologi belajar menggunakan pendekatan ilmiah untuk studi perilaku. Kesimpulan kesimpulan psikologis harus berdasarkan hasil observasi yang tepat dan objektif.
Penelitian Awal tentang Studi Belajar
*      Herman Ebbinghaus: penelitian mengenai ingatan terhadap nonsense sylabels.
            Variabel yang mempengaruhi ingatan: waktu, tipe dan jumlah materi, pengalaman.
*      “Sistem” Psikologi
            Sistem Psikologi menjelaskan perilaku secara komprehensif sedangkan Teori Psikologi menjelaskan sebagian perilaku.
            Sistem-sistem Psikologi :
            a. Strukturalisme                 d. Behaviorisme
            b. Fungsionalisme                e. Psikologi gestalt
            c. Asosiasionisme                 f. Psikoanalisa
Teori-teori Belajar
                Pengaruh dari sistem/ aliran psikologi mulai berkurang pada 1930 dan beralih ke teori psikologi,sebab penelitian psikologi terfokus pada masalah proses sentral psikologi, seperti belajar, motivasi, dll.
Teori-teori belajar komprehensif menjadi kekuatan baru yang dominan dalam psikologi karena:
  1. Psikologi mengutamakan penelitian dan percobaan-percobaan
  2. Tekanan studi psikologi menggunakan observasi perilaku
  3. Tekanan kepada pentingnya proses belajar
  4. Analisis S-R dalam studi perilaku
  5. Penelitian mengenai belajar merupakan upaya ilmu dasar  bukan sekedar ilmu terapan

*      Edwin Guthrie: contiguity antara S-R ada dalam proses belajar.Reinforcement merubah kondisi stimulus sehingga memunculkan respon tertentu yang diharapkan dan mencegah respon lain yang tidak diharapkan.
*      Clark Hull: teori deduktif-matematis,  menjelaskan kecenderungan munculnya respon berdasarkan dalil yang formal dan umum (deduktif) dan diformulasi dalam bentuk matematis.

                                    sEr = sHr x V x D x K – (Ir + sIr)
*      Edward Tolman: teori behaviorisme purposif, yang mencakup segi positif dari konsep behavioristik dan kognitif.
            Tolman berpendapat bahwa melalui perilaku bertujuan, proses belajar bukanlah sesuatu situasi yang dapat diamati semuanya, tetapi proses nyata dari belajar terdiri dari operasi kognitif yang terpusat.
*      B.F Skinner: operan conditioning, perilaku dapat dimanipulasi dengan mengelola kondisi reinforcement.
*      Donald Hebb: physiological learning, bahwa didalam belajar terdapat proses perubahan elektrokimia didalam satu atau lebih sinaps, yang berada diantara axon dan dendrit yang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat.
*      Jean Piaget: teori belajar kognitif, menekankan pentingnya interaksi antara pertumbuhan fisikdan perkembangan intelektual organisma.
Pendekatan-pendekatan Kontemporer
*      Pendekatan Asosiasi dan Kognitif
            pendekatan asosiasi mementingkan ikatan S-R dalam belajar, sedangkan pendekatan kognitif mementingkan proses kognitif yaitu adanya proses mental yang tinggi.
*      Pendekatan Ethologi
            mementingkan struktur biologis dalam mempelajari respon organisme
*      Pendekatan Belajar Verbal dan perilaku bahasa
            menerapkan pendekatan asosiasi dan kognitif.
PENGERTIAN BELAJAR
               
Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau berubah melalui reaksi pada situasi yang ditemui, asalkan ciri perubahan aktivitasnya tidak dapat dijelaskan sebagai kecenderungan respon dasar, kematangan, atau proses tubuh organisma yang bersifat sementara.
*      Hal-hal pokok berkenaan dengan belajar:
            a. membawa perubahan
            b. adanya kecakapan baru
            c. adanya usaha
Ciri-ciri Perubahan Perilaku dalam Belajar
  1. Terjadi secara sadar
  2. Bersifat kontinu dan fungsional
  3. Bersifat positif dan aktif
  4. Bukan bersifat sementara
  5. Bertujuan atau terarah
  6. Mencakup seluruh aspek perilaku individu
Perilaku Bukan Belajar
            Menurut,Hilgard:
         Respon bawaan: Gerak refleks, tropisms, insting
         Kematangan: pertumbuhan
         Kelelahan
Dirambahkan oleh Wittig:
         Motivasi
         Kepekaan dan kebiasaan
         Adaptasi sensori
         Ciri-ciri fisiologis
         Kondisi belajar





KEPRIBADIAN, WATAK DAN TEMPRAMENT


Manusia memiliki tipe kepribadian masing-masing yang sifatnya unik walau memiliki banyak kesamaan-kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat dari temperamen, watak dan kepribadian masing-masing. Dari segi temperamen orang bisa dibedakan antara tipe sanguinis, kholeris, melankolis dan plegmatis. Namun demikian umumnya orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut. Tipe orang dengan temperamen tertentu merupakan bawaan lahir yang memang tidak mudah untuk merubahnya. Dari segi watak atau karakter juga orang bisa dibedakan antara yang berkarakter baik dan berkarakter buruk. Karakter disini tidak sama dengan temperamen walau berkaitan erat, karena karakter adalah bentuk lain dari temperamen yang sudah mengalami pembentukan melalui lingkungan, seperti lingkungan pendidikan, budaya, agama dan kebiasaankebiasaan hidup lainnya. Karakter dengan demikian bukanlah bawaan lahir, melainkan yang terbentuk kemudian, terutama melalui pendidikan, dan merupakan diri kita yang sesungguhnya.
Dari segi kepribadian juga orang bisa dibedakan, namun pembedaan itu sering mengacu pada temperamen atau sifat-sifat dominan yang ada pada seseorang. Namun demikian kepribadian bukanlah temperamen atau karakter, melainkan lebih luas dari itu, karena kedua hal itu merupakan bagian dari kepribadian. Kepribadian lebih merupakan penampilan diri (citra diri) yang ingin diperlihatkan kepada orang lain. Hal itu bisa saja sama dengan temperamen atau karakter sendiri dan bisa juga berbeda dengan itu, karena hanya berupa tampilan sementara (topeng) agar orang memiliki kesan tertentu terhadap dirinya.
A. Pengertian Kepribadian, Watak dan Temperamen
1. Kepribadian
“Kepribadian adalah organisasi dinamis di dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah-laku dan pikirannya secara karakteristik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.“ (G. Allport) Organisasi dinamis: maksudnya bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah meskipun ada suatu sistem organisasi yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian kita. Psikofisik: maksudnya organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisahkan) dalam satu kesatuan Menentukan: menunjukkan bahwa kepribadian mengandung kecenderungankecenderungan determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
Karakteristik (khas, unik): menunjukkan sifat individualis. Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri terhadap lingkungan, yang berarti tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan: kepribadian menghubungkan/mengantarai individu dengan lingkungan fisiologisnya (yang kadang-kadang menguasainya).
Di sini kepribadian mempunyai fungsi adaptasi dan menentukan.
2. Watak
Walaupun istilah kepribadian dan watak sering dipergunakan secara bertukartukar, namun Allport memberi pengertian berikut: “character is personality evaluated and personality is character devaluated”. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah “kepribadian.”
3. Temperamen
Pengertian temperamen dan kepribadian sering juga dikacaukan. Namun umum mengakui adanya perbedaan di antara keduanya. Temperamen dilihat sebagai disposisi yang sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan. Di sini peranan keturunan lebih penting/besar daripada segi-segi kepribadian yang lain.
Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”Menurut G. Ewald:
“Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani.”
Di sini peranan keturunan memainkan peranan penting, sedangkan pengaruh pendidikan dan lingkungan tidak ada. Dalam kaitan dengan watak, G. Ewald lebih melihat temperamen sebagai yang tetap seumur hidup, yang tak mengalami perkembangan, karena temperamen bergantung pada konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup. Sebaliknya watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau perkembangan.Watak sangat bergantung pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan, pengalaman, dan sebagainya).
4. Hubungan antara kepribadian, watak dan temperamen
Kepribadian, watak dan temperamen berkaitan satu sama lain. Ketiga-tiganya menyangkut diri seseorang. Kepribadian dan watak lebih dekat satu sama lain, bahkan sering disamakan. Kalau kita terutama bermaksud menggambarkan pribadi seseorang sebagaimana adanya, sifat dan pembawaannya yang khas, di situ kita bicara terutama mengenai kepribadiannya, yang punya keunikan tersendiri. Dalam perjalanannya, kepribadian seseorang berhadapan dengan lingkungannya, yang turut membentuknya hingga mencapai taraf kematangan tertentu. Kalau kita melakukan penilaian atas pribadi seseorang, maka hal itu lebih mengarah pada dirinya yang sudah terbentuk, yang dia sendiri turut bertanggung jawab di dalamnya. Inilah yang terutama dimaksud dengan watak. Kata watak dipakai baik dalam arti normatif maupun dalam arti deskriptif.
Dalam arti normatif kita berbicara terutama tentang watak; sedangkan dalam arti deskriptif, kita berbicara terutama tentang kepribadian. Berbicara tentang watak juga sekaligus bicara tentang kepribadian, bergantung mana yang kita tekankan, aspek normatifnya atau aspek deskriptifnya.
Temperamen lebih banyak ditentukan oleh struktur fisik-biologis seseorang, dan sifatnya tetap, oleh karenanya dapat dibuat perbedaan yang jelas dan bersifat tetap antara satu orang dengan yang lain. Temperamen merupakan bagian dari kepribadian, yang di dalamnya unsur bawaan lebih dominan. Namun berbicara mengenai temperamen juga berarti berbicara mengenai kepribadian, suatu kepribadian dengan temperamen tertentu. Tapi kalau bicara tentang perkembangan kepribadian, maka bukanlah terutama mengenai temperamennya, melainkan mengenai pribadi yang sudah mengalami proses pembentukan, berarti lebih dimaksudkan sebagai“watak.”
B. Jenis-jenis Temperamen
Pengelompokan manusia ke dalam beberapa tipe kepribadian merupakan suatu usaha yang sudah berlangsung lama, baik dengan usaha yang masih sederhana maupun usaha yang ilmiah. Dalam pendekatan ilmiah, walau para ahli menempuh cara pendekatan berbeda, namun sebenarnya mereka berangkat dari titik yang sama tapi dengan teknik berbeda. Para ahli berangkat dari pandangan bahwa kepribadian manusia itu variasinya hampir tak terhingga banyaknya. Akan tetapi, untuk memahami manusia yang bermacam-macam itu dibutuhkan teknik tertentu. Para ahli yang berpangkal pada cara pendekatan tipologis beranggapan bahwa walaupun variasi kepribadian manusia tiada terhingga banyaknya, namun semuanya berlandaskan pada sejumlah kecil komponen dasar. Berdasarkan atas dominasi komponen-komponen dasar itulah dilakukan penggolongan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu.
1. Ajaran tentang cairan badaniah
Ajaran ini dirumuskan oleh Hippocrates dan selanjutnya disempurnakan oleh Galenus. Ajaran dari kedua tokoh ini kemudian menjadi sangat terkenal dan mendasari banyak pemahaman yang dikembangkan oleh para ahli di kemudian hari. Hippocrates (460-370 SM) adalah Bapak Ilmu Kedokteran, sehingga tidak mengherankan kalau dia membahas kepribadian manusia dari titik tolak konstitusional. Hippocrates dipengaruhi oleh pandangan dari seorang filsuf alam (kosmolog) bernama Empedokles, yang berpandangan bahwa alam semesta ini beserta isinya tersusun dari empat unsur dasar, yaitu: tanah, air, udara, dan api, dengan sifat-sifat yang dikandungnya, yaitu: kering, basah, dingin dan panas. Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang, yakni: Sifat kering, terdapat dalam chole (empedu kuning); sifat basah, terdapat dalam melanchole (empedu hitam); sifat dingin, terdapat dalam phlegma (lendir); dan sifat panas, terdapat dalam sanguis (darah). Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dengan porsi tertentu. Apabila keempat cairan berada dalam porsi seimbang, orang berada dalam keadaan sehat (normal); apabila keseimbangannya yang proporsional itu terganggu, orang tersebut dalam keadaan sakit, menyimpang dari keadaan normal.
Galenus menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut. Dia sependapat dengan Hippocrates bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cai ran, yaitu: chole, melanchole, phlegma dan sanguis, dan bahwa cairan tersebut ada dalam tubuh manusia dalam proporsi tertentu. Apabila suatu cairan melebihi proporsi yang seharusnya (=dominan), maka akan mengakibatkan adanya sifatsifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat yang khas pada seseorang sebagai akibat dari dominannya salah satu cairan badaniah itu, oleh Galenus menyebutnya temperamen. Lalu dengan dasar pikiran yang telah dikemukakan itu Galenus menggolongkan manusia ke dalam empat tipe temperamen, yang berdasar pada dominasi salah satu cairan badaniahnya. Keempat tipe itu adalah: kholeris, melankolis, phlegmatis dan san guinis. Untuk jelasnya lihat tabel berikut:
Cairan badan Prinsip Tipe Sifat-sifat
Chole Tegangan kholeris Hidup (besar semangat) keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar, optimistis Melanchole Penegaran (rigidity) melankolis Mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pessimistis Phlegma Plastisitas phlegmatis Tak suka terburu-buru (kalem, tenang), tak mudah dipengaruhi, setia Sanguis Ekspansivitas sanguinis Hidup, mudah berganti haluan, ramah Tipologi Hippocrates-Galenus
2. Empat jenis temperamen
Keempat jenis temperamen di atas akan dijelaskan lebih lanjut :
1). Sanguinis. Ditandai dengan sifat: hangat, meluap-luap, lincah, bersemangat dan pribadi yang“menyenangkan.” Pada dasarnya mau menerima. Pengaruh/kejadian luar dengan gampang masuk ke pikiran dan perasaan, yang membangkitkan respons yang meledak-ledak. Perasaan lebih berperan dari pada pikiran refleksif dalam membentuk keputusan. Orang sanguinis sangat ramah kepada orang lain, sehingga dia biasanya dianggap seorang yang sangat ekstrovert.
2). Koleris. Seorang choleris tampil hangat, serba cepat, aktif, praktis, berkemauan keras, sanggup mencukupi keperluannya sendiri, dan sangat independen. Dia cenderung tegas dan berpendirian keras, dengan gampang dapat membuat keputusan bagi dirinya dan bagi orang lain. Seperti seorang sanguinis, seorang choleris adalah seorang ekstrovert, walau tidak seekstrovertnya seorang sanguinis. Seorang choleris hidup dengan aktif. Dia tidak butuh digerakkan dari luar, malah mempengaruhi lingkungannya dengan gagasan-gagasannya, rencana, tujuan, dan ambisiambisinya yang tak pernah surut.
3). Melankolis. Si melankolis adalah seorang yang paling “kaya” di antara semua temperamen. Dia seorang analisis, suka berkorban, bertipe perfeksionis dengan sifat emosi yang sangat sensitif. Tidak seorang pun yang dapat menikmati keindahan karya seni melebihi seorang melankolis. Sebenarnya dia mudah menjadi introv e r t , tetapi ketika perasaannya lebih dominan, dia masuk ke dalam bermacammacam keadaan jiwa. Kadang-kadang mengangkatnya pada kegembiraan yang tinggi yang membuatnya bertindak lebih ekstrovert. Akan tetapi pada saat lain dia akan murung dan depressi, dan selama periode ini dia menarik diri (withdrawn), dan bisa menjadi seorang yang begitu antagonistis (bersifat bermusuhan).
4). Phlegmatis. Si phlegmatis adalah seorang yang hidupnya tenang, gampangan, tak pernah merasa terganggu dengan suatu titik didih yang sedemikian tinggi sehingga dia hampir tak pernah marah. Dia adalah seorang dengan tipe yang mudah bergaul, dan paling menyenangkan di antara semua temperamen. Phlegmatis berkaitan dengan apa yang dipikirkan oleh Hippocrates mengenai cairan dalam badan yang menghasilkan yang “tenang,” “dingin,” “pelan,” temperamen yang memiliki keseimbangan yang baik. Baginya hidup adalah suatu kegembiraan, dan kadang menjauh dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Dia begitu tenang dan agak diam, sehingga tak pernah kelihatan terhasut, bagaimana pun keadaan sekitarnya.
C. Saya Bertemperamen Apa?
1. Dua belas kombinasi temperamen
Tidak mudah untuk menggolongkan orang hanya dalam salah satu jenis temperamen saja. Kita semuanya merupakan perpaduan antara paling tidak dua temperamen, satu yang dominan dan yang lain kurang dominan. Maka ada dua belas kemungkinan besar perpaduan temperamen, yakni: SanChlor, SanMel, SanPhleg, ChlorSan, ChlorMel, ChlorPhleg, MelSan, MelChlor, MelPhleg, PhlegSan, PhlegChlor, PhlegMel.
Dengan pembagian ini, seseorang lebih mudah membuat identifikasi dirinya sebagai salah satu dari kedua belas jenis perpaduan itu daripada keempat temperamen dasar. Pada dasarnya, setiap orang dapat memiliki sekaligus segala kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada temperamen yang dominan/utama dan yang kedua. Beberapa dari kekuatan dan kelemahan ini dapat saling menggagalkan satu sama lain, saling menguatkan, saling menonjolkan diri dan saling mempersulit yang lain. Kejadian seperti ini menciptakan keragaman
perilaku, prasangka, dan kemampuan-kemampuan alamiah dari orang dengan temperamen dominan yang sama tapi dengan temperamen tambahan (secondary temperament) yang berbeda.
2. Terjadinya variabel tambahan
Ada kemungkinan bahwa seseorang tidak cocok masuk ke dalam salah satu dari kedua belas jenis temperamen. Memang tidak ada dua orang yang persis sama. Akibatnya dapat mengubah gambaran sebagaimana dikemukakan di atas, sehingga seseorang tidak lagi cocok pada salah satu model tadi. Hal seperti ini dapat diterangkan sebagai berikut:
  • Persentase perbandingan antara predominant temperament dan secondary temperament. Perbandingannya tidak selalu 60/40. Ada perbedaan antara perpaduan 60/40 MelChlor dengan perpaduan 80/20 MelChlor; atau antara perpaduan 55/45 SanPhleg dengan perpaduan 85/15 SanPhleg, dan seterusnya.
  • Latar belakang yang berbeda dan childhood training dapat mengubah pengungkapan dari salah satu jenis temperamen. Seorang MelPhleg yang dibesarkan dalam kekejaman dan kebencian orang tua akan berbeda dengan seorang MelPhleg yang dibesarkan dalam suasana penuh kasih sayang dan perhatian. Keduanya memiliki kekuatan dan talenta yang sama. Akan tetapi, seorang barangkali mengatasinya dengan permusuhan, depresi atau menganiaya diri sendiri sehingga dengan demikian dia tidak pernah menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
  • Sering tidak objektif apabila kita mengamati diri kita sendiri. Oleh karena itu, merupakan hal yang bermanfaat apabila kita mendiskusikan mengenai temperamen kita bersama dengan teman dekat. Kebanyakan orang melihat dirinya dengan memakai kaca mata hitam. Perhatikan ungkapan seorang penyair, Robert Burns: “Oh, to see ourselves as others see us.”
  • Pendidikan dan tingkat inteligensi juga dapat mempengaruhi penilaian atas temperamen seseorang. Seorang MelSan dengan IQ yang sangat tinggi akan tampil berbeda dengan seorang MelSan yang memilki IQ rata-rata atau rendah. Pendidikan sangat membantu seseorang untuk mencapai kematangan.
  • Kesehatan dan metabolisme juga termasuk penting. Seorang ChlorPhleg dengan kondisi kesehatan yang baik akan lebih agresif daripada seorang chorPhleg dengan cacad atau mengalami gangguan kesehatan. Seorang PhlegMel penggugup akan lebih aktif daripada seorang phlegMel yang menderita tekanan darah rendah.
  • Tiga macam temperamen kadang hadir dalam diri seseorang. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat (dengan persentase kecil) orangorang yang memiliki satu predominant temperament dengan dua secondary temperament.
  • Motivasi juga memainkan peran yang tidak sedikit. Jika seseorang sedang termotivasi, hal itu akan memiliki pengaruh nyata atas perilakunya, dan mengabaikan perpaduan temperamennya.
images (2)
Kesimpulan
Sejak lahir kita memiliki temperamen tertentu, yang terkait dengan konstruksi tubuh kita, khususnya di bagian empedu, lendir dan darah kita. Adanya sifat-sifat khas pada seseorang sebagai akibat dari dominannya salah satu cairan badaniah tersebut, itulah yang disebut temperamen. Dari sifat-sifat dominan itulah orang dapat digolongkan ke dalam salah satu dari empat temperamen dasar, yakni: Sanguinis, Choleris, Melankolis, dan Plegmatis. Umumnya sifat-sifat orang merupakan perpaduan dari empat temperamen dasar itu, dimana bisa salah satu dari unsur itu lebih dominan dari yang lain. Dari keempat jenis temperamen dasar itu orang bisa dibedakan sebagai ekstrovert (sanguinis, kholeris) dan introvert (melankolis, plegmatis); logis (kholeris, plegmatis) dan emotionalsentimentil (sanguinis, melankolis). Keempat jenis temperamen dasar itu memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga kita memandangnya tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Watak atau karakter merupakan diri kita yang sesungguhnya, merupakan hasil olah temperamen, yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan (pendidikan, agama, budaya, kebiasaan-kebiasaan, serta tekanan dan tantangan hidup yang kita lalui). Dengan demikian, watak atau karakter bukanlah bawaan lahir seperti halnya temperamen, melainkan yang terbentuk kemudian, khususnya melalui lingkungan dan penghayatan nilai-nilai tertentu yang ditanamkan oleh lingkungan kepada kita. Dengan demikian watak tau karakter adalah diri kita yang harus kita pertanggung jawabkan. Maka kita harus mendidik karakter kita agar dia terbentuk dengan baik. Pendidikan karakter bukan hanya dengan cara tunduk saja pada pengaruh lingkungan, melainkan dengan cara kritis menilai dan kemudian mengambil sikap yang tepat.
Kepribadian adalah keseluruhan diri kita, termasuk di dalamnya watak dan temperamen serta kebiasaan-kebiasaan lain yang ikut mempengaruhi pembawaan diri kita. Kepribadian bisa saja mencerminkan dengan baik temperamen atau watak kita, dan bisa juga berbeda dengan itu. Kepribadian itu umumnya merupakan diri kita yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain. Bisa saja suatu saat kita berusaha tampil dengan ramah,karena kita ingin orang memiliki kesan seperti itu kepada kita, tapi pada saat lain kita tampil dengan tegas, dan sebagainya, tergantung kita ingin mengesankan diri kita seperti apa kepada orang lain. Tentu saja ini tidak mencerminkan diri kita yang sesungguhnnya, melainkan lebih sebagai topeng saja, suatu wajah yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain. Namun bagi orang yang berkembang dengan baik dalam arti yang sesungguhnya, maka kepribadian yang dia ingin perlihatkan kepada orang tidak lain dari dirinya yang sesungguhnya.

Foto_Fotokuh...:)
























KONDISI KERJA


 








Nova Afriyanti ( 11181050 )
Ayuzalia Yulianti ( 11181005 )
Adi Suhendra (10181031)
Dosen : Dwi Hurriyati, S.Psi, M.Si




PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BINA DARMA
TAHUN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan hidayahnya tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman, amin ya robbal alamin.
Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “kondisi kerja” yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi ( PIO )”  tepat waktu. Tetapi, Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat  kekurangan ataupun kesalahan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan dosen pengampuh yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.



Palembang, Maret 2012


Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan
1.4. Metode dan Prosedur
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.I. Kondisi Kerja
BABA III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Kondisi kerja di dalam pabrik yang didirikan oleh perusahaan merupakan faktor yang cukup penting dalam pelaksanaan proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan pada pabrik yang didirikan oleh perusahaan. Sejalan dengan pendirian pabrik ini, manajemen perusahaan selayaknya bila mempertimbangkan kondisi kerja karyawan yang tepat sehingga para karyawan perusahaan dapat bekerja dengan baik.
Perencanaan kondisi kerja ini akan dilaksanakan selaras dengan perencanaan layout pabrik yang didirikan, oleh karena kondisi kerja ini erat hubungannya dengan layout pabrik yang didirikan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kerja banyak sekali pada jam yang sama, terutama persyaratan teknis dari pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan. Mesin dan peralatan produksi berikut persyaratan teknisnya akan ikut serta menentukan kondisi kerja di dalam perusahaan, demikian juga dengan metode pengawasan karyawan yang dilaksanakan dalam perusahaan akan mempengaruhi kondisi kerja. Sehingga tujuan untuk merencanakan kondisi kerja dalam perusahaan akan sejalan dengan tujuan dari perencanaan lingkungan kerja pada umunya, yaitu terdapatnya tingkat produktivitas karyawan perusahaan cukup tinggi.
Beberapa macam kondisi kerja yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan adalah penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan serta keamanan kerja dalam perusahaan. Masing-masing jenis kondisi kerja ini perlu dipersipkan dan direncanakan dengan baik oleh manajemen perusahaan, sehingga diperoleh kenyamanan kerja yang memadai bagi para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan.
Menurut Stewart and Stewart, Kondisi Kerja adalah Working condition can be defined as series of conditions of the working environment in which become the working place of the employee who works there. yang kurang lebih dapat diartikan kondisi kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelambapan, ventilasi, penerangan, kebersihan dan lain–lain.
Menurut Newstrom, Work condition relates to the scheduling of work-the length of work days and the time of day (or night) during which people work. yang kurang lebih berarti bahwa

kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja. Oleh sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
1.2.  Rumusan masalah
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
a.       Apakah kondisi kerja sebenarnya ?
b.      Dimensi apa saja yang terdapat di dalam kondisi kerja ?

1.3.  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah “ Psikologi Sosial 1 ” serta untuk menambah wawasan dan ilmu kami tentang Kondisi Kerja.
1.4. Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan browsing di internet.       
1.5. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum,yaitu:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan

1.4. Metode dan Prosedur
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.I. Kondisi Kerja
BABA III PENUTUP
3.3 Kesimpulan
3.4 Saran
DAFTAR PUSTAKA











BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Kerja
2.1.1  Pengertian Kondisi Kerja
            Kondisi karyawan akan lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan mereka apabila kondisi kerja mendukung (seperti bersih,lingkungan menarik), tetapi jika kondisi kerja tidak mendukung (seperti panas,lingkungan rebut,tidak nyaman) pegawai akan sukar untuk melaksanakan tugasnya.
Disamping itu, salah satu faktor pendukung utama personalia dalam melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman yaitu melalui perbaikan kondisi kerja. Sepeti yang diungkapkan sedarmayanti (2000:22) bahwa: “manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai. Kondisi kerja dikatakan naik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan nyaman”.
Pengertian kondisi kerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005:105) adalah “semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja”.
Sedangkan menurut Agus Darma (2000:105) “kondisi kerja adalah semua faktor lingkungan dimana pekerjaan berlangsung”. Kondisi kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan, dengan motivasi yang tinggi maka kinerja suatu perusahaan dapat meningkat bahkan produktivitaspun
akan meningkat sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Kondisi kerja menurut Sedarmayanti (2000:21) “semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja yang akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung dan tidak langsung terhadap pekerjaannya”.
Menurut Komaruddin (2001:75) kondisi kerja adalah suasana yang berhubungan dengan lingkungan tempat bertugas.
Menurut Stewart and Stewart, 1983: 53: Kondisi Kerja adalah Working condition can be defined as series of conditions of the working environment in which become the working place of the employee who works there. yang kurang lebih dapat diartikan kondisi kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelambapan, ventilasi, penerangan, kebersihan dan lain–lain.
Menurut Newstrom (1996:469): Work condition relates to the scheduling of work-the length of work days and the time of day (or night) during which people work. yang kurang lebih berarti bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja. Oleh sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
2.1.2 Jenis Kondisi Kerja
1. Kondisi Fisik dari lingkungan kerja
Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karuyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada tempat kerja tersebut. Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (1996:469) adalah among the more obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals and pollutans, and aesthetic features such as the colors of walls and flors, and the presence (or absence) of art work, music, plants decorative items. yang kira- kira berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, cirri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.
Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi juadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.
Faktor-faktor lingkungan kerja meliputi :
a.      Illumination
Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna menbdapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetpai tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalajhan, dan pada akhirtnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanbkan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.
b.      Temperature
Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun.
c.       Noise
Menurut newstrom (1996:469-478) bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena
konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.
d.      Motion
Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.
e.       Pollution
Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai.
f.       Aesthetic Factors
Menurut newstrom (1996:469-478) faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-bauan. Musik, warna dan bau-bauan yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dalam melaksankan pekerjaanya.

2.              Kondisi psikologis dari lingkungan kerja

Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis-jenis dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja dalam menciptakan macam-macam kondisi psikologi. Menurut newstrom (1996:494) Psychological conditions of the work environment that can affect work performance include feelings of privacy or crowding, the status associated with the amount or location of workspace, and the amount of control over the work environment. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja yang meliputi perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja.

Faktor-faktor dari kondisi psikologis meliputi:
a.      Feeling of privacy
Menurut Newstrom (1996:478), privasi dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang kerja. Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja, adapula yang didesain untuk beberapa orang, sehingga penyelia untuk mengawasi interaksi antar karyawan.
b.      Sense of status and impotance
Menurut Newstrom (1996: 478), para karywan tingkat bawah senang dengan desain ruang yang terbuka karena memberi kesempatan kepada karyawan untuk berkomunikasi secara informal. Sebaliknya para manajer merasa tidak puas dengan desain ruang yang terbuka karena banyak gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.

3.              Kondisi sementara dari lingkungan kerja

          Menurut Newstrom (1996:480), “The temporal condition-the time structure of the work day. Some of the more flexible work schedules have developed in an effort to give workers a greater sense of control over the planning and timing of their work days”
Kondisi sementara meliputi stuktur waktu pada hari kerja.
Mayoritas dari pekerja bekerja dengan jadwal 5-9 jam dimana pekerja akan diberi waktu 1 jam untuk istirahat dan makan siang.Faktor-faktor dari kondisi sementara meliputi:
a.       Shift
Menurut Newstrom (1996:481) dalam satu hari sistem kerja shift dapat dibagi menjadi 3 yaitu shift pagi, shift psore, dan shift malam. Dan berdasarkan banyak penelitian bahwa shift malam dianggap banyak menimbulkan masalah seperti stres yang tinggi, ketidakpuasan kerja dan kinerja yang jelek.
b.      Compressed work weeks
Menurut Newstrom (1996:481), maksudnya adalah mengurangi jumlah hari kerja dalam seminggu, tetapi menambah jumlah jam kerja perhari. Mengurangi hari kerja dalam seminggu mempunyai dampak yang positif dari karyawan yaitu karyawan akan merasa segar kembali pada waktu bekerja karena masa liburnya lebih lama dan juga dapat mengurangi tingkat absensi dari karyawan.
c.       Flextime
Menurut Newstrom (1996:481) adalah suatu jadwal kerja dimana karywan dapat memutuskan kapan mulai bkerja dan kapan mengakhiri pekerjaannya selama karywan dapat memenuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh badan usaha.
Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Kondisi kerja dipandang mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kenyamanan, ketenangan, dan keamanan kerja. Terciptanya kondisi kerja yang nyaman akan membantu para karyawan untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja bisa lebih meningkat. Kondisi kerja yang baik merupakan kondisi kerja yang bebas dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya penerangan, maupun polusi seta bebas dari gangguan yang bersifat psikologis maupun temporary seperti privasi yang dimiliki karyawan tersebut
maupunpengaturan jam kerja.

2.1.3        Dimensi-dimensi Kondisi Kerja
Menurut Isaken, S.G Dorval K.B dan Treffeinger, bahwa kondisi kerja yang kondusif meliputi beberapa dimensi seperti:
1.      Tantangan, keterlibatan dan kesungguhan.
2.      Kebebasan mengambil keputusan.
3.      Waktu yang tersedia untuk memikirkan ide-ide baru.
4.      Memberi peluang untuk mencoba ide-ide baru.
5.      Tinggi rendahnya tingkat konflik.
6.      Keterlibatan dalam tukar pendapat.
7.      Kesempatan humor bercanda dan bersantai.
8.      Tingkat saling kepercayaan dan keterbukaan.
9.      Keberanian menanggung resiko/siap gagal.
Berdasarkan dimensi-dimensi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan kondisi kerja yang kondusif sebaiknya peusahaan memiliki dimensi-dimensi seperti yang telah disebutkan di atas. Sehingga dengan terciptanya kondisi kerja yang baik maka diharapkan dapat meningkatkan motivasi karyawan.

2.1.4        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Kerja
faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku yang berhubungan dengan kondisi kerja, dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu kondisi kerja yang menyangkut :
1.      Kondisi fisik kerja, yang mencakup penerangan, suhu udara, suara kebisingan, penggunaan warna, musik, kelembaban dan ruang gerak yang diperlukan.
2.      Kondisi psikologis kerja, misalnya stres kerja, bosan kerja dan letih kerja.
3.      kondisi temporer kerja, yang dimaksud adalah peraturan lama kerja, waktu istirahat kerja dan shif kerja.
 faktor-faktor yang membentuk kondisi kerja adalah kegiatan pengaturan kerja yang mencakup pengendalian suara bising, pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan suhu udara, pelayanan kebutuhan karyawan, pengaturan penggunaan warna, pemeliharaan kebersihan ditempat kerja, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan karyawan.
Berdasarkan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang membentuk kondisi kerja sekaligus dijadikan sebagai indikator untuk kondisi kerja yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja dan kondisi temporer kerja.

Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada tempat kerja tersebut

Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (1996:469) adalah among the more obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals and pollutans, and aesthetic features such as the colors of walls and flors, and the presence (or absence) of art work, music, plants decorative items. yang kira- kira berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, cirri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.
Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi uadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.

Faktor-faktor lingkungan kerja meliputi :

A.    Pencahayaan
Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.

b. Temperatur
Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun

c. Kebisingan
Menurut Newstrom (1996:469-478) bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.

d. Getaran
Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.

e. Pencemaran
Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai.


f. Faktor Keindahan
Menurut Newstrom (1996:469-478) faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-bauan. Musik, warna dan bau-bauan yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dalam melaksankan pekerjaanya.

2.1.5        kondisi kerja yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan
Beberapa macam kondisi kerja yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan adalah penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan serta keamanan kerja dalam perusahaan. Masing-masing jenis kondisi kerja ini perlu dipersipkan dan direncanakan dengan baik oleh manajemen perusahaan, sehingga diperoleh kenyamanan kerja yang memadai bagi para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan.

1.         Penerangan
Penerangan dalam kondisi kerja adalah cukupnya sinar yang masuk di dalam ruang kerja masing-masing karyawan perusahaan. Penerangan untuk ruang kerja merupakan faktor yang cukup penting dalam kaitannya dengan peningkatan produktivitas kerja dari perusahaan, sehingga para karyawan akan terdorong untuk bekerja dengan lebih baik dan hasil kerja yang diperoleh perusahaan akan menjadi lebih baik. Penerangan yang tidak memadai akan mengakibatkan para karyawan tidak jelas dalam melihat dan mengamati pekerjaan yang dilaksanakannya, dimana hal ini akan memperbesar tingkat kesalahan kerja dari para karyawan. Tepat tidaknya obyek yang dilihat oleh para karyawan juga akan dipengaruhi oleh penerangan ini. Sehingga semakin jelas bahwa penerangan yang cukup pada tempat kerja karyawan akan sangat membantu karyawan dalam usaha peningkatan produktivitas kerja karyawan, perbaikan kualitas kerja dan hasil kerja, peningkatan keamanan kerja dalam proses produksi serta keberhasilan pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan.
Adapun beberapa keuntungan yang akan dapat diperoleh dengan pelaksanaan sistem penerangan yang tepat bagi perusahaan, antara lain sebagai berikut:
a.      Terdapat kenaikan tingkat produksi
Dengan adanya penerangan yang cukup, para karyawan dapat melihat dan mengamati obyek pekerjaannya dengan lebih cermat dan cepat. Dengan demikian para karyawan perusahaan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan waktu yang lebih singkat pula. Dengan jumlah waktu kerja yang sama, maka unit output yang dihasilkan berarti akan menjadi lebih besar. Dengan demikian jumlah produksi dalam perusahaan secara keseluruhan menjadi bertambah besar, atau terdapat kenaikan tingkat produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan.
b.      Terdapat perbaikan kualitas pekerjaan para karyawan
Dengan digunakannya sistem penerangan yang tepat pada masing-masing ruang kerja karyawan perusahaan, maka para karyawan perusahaan dapat melihat dan mengamati obyek pekerjaannya dengan lebih cermat. Kecermatan pengamatan ini  sangat diperlukan dalam upaya untuk dapat menaikkan tingkat kualitas kerja dari para karyawan perusahaan. Penerangan yang kurang memadai pada masing-masing ruang kerja karyawan dapat menimbulkan berbagai macam kesalahan yang tidak disengaja, sehingga kualitas kerja karyawan perusahaan mengalami penurunan. Dengan demikian sistem penerangan yang tepat untuk masing-masing ruang kerja karyawan dalam perusahaan dapat berpengaruh terhadap kenaikan kualitas kerja parab karyawan.
c.       Tingkat kecelakaan yang terjadi dapat berkurang
Pelaksanaan proses produksi dalam pabrik pada umumnya akan menuntut terdapatnya ketelitian dan kehati-hatian dari masing-masing karyawan di dalam pabrik. Sehubungan dengan hal ini, maka pemasangan tanda-tanda bahaya pada umumnya akan dicarikan lokasi yang tepat sehingga mudah terbaca oleh para karyawan perusahaan. Dalam keadaan semacam ini, jika tempat tanda bahaya tersebut tidak terdapat cukup sinar berakibat tanda bahaya tidak terlihat atau tidak terbaca oleh karyawan perusahaan. Maka manajemen perusahaan harus merencanakan penerangan yang tepat sehingga tanda bahaya dapat terlihat dan terbaca dengan jelas dan mudah oleh para karyawan. Sehingga para karyawan dapat berhati-hati jika berada pada daerah bahaya dan kecelakaan yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan menjadi sekecil-kecilnya.
d.      Terdapat kemudahan pengamatan dan pengawasan
     Dengan digunakannya sistem penerangan yang tepat dalam perusahaan yang bersangkutan, maka para karyawan perusahaan dapat mengadakan pengamatan dan pengawasan yang cukup cermat terhadap obyek pekerjaan yang dilakukan.
e.       Terdapat peningkatan gairah kerja para karyawan
Penerangan yang cukup pada raung kerja karyawan akan dapat menimbulkan dampak positif bagi para karyawan perusahaan. Dengan penerangan yang cukup maka ruang kerja dapat dijaga kebersihannya, karena pengotoran ruangan yang terjadi segera kelihatan. Mudahnya pengamatan, bersihnya ruang kerja serta tempat yang terang akan dapat menimbulkan gairah kerja bagi para karyawana perusahaan.
f.       Tingkat perputaran karyawan akan berkurang
Hubungan kerja yang baik akan semakin memperkokoh kesetiaan para karyawan kepada perusahaan, sehingga semakin lama para karyawan akan merasa bertanggung jawab penuh terhadap perusahaan, merasa bahwa perusahaan digunakan sebagai tempat menyandarkan diri untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga tidak terfikir lagi untuk keluar dari perusahaan untuk mencari pekerjaan lain. Sehingga tingkat perputaran (turn over) dari para karyawan akan sangat kecil, karena para karyawan merasa senang dan puas bekerja di dalam perusahaan.
g.      Kerusakan barang dalam proses berkurang
Adanya sistem penerangan yang baik pada ruang kerja karyawan perusahaan akan dapat memudahkan pengamatan yang baik terhadap obyek pekerjaannya, mempertinggi gairah kerja para karyawan, mempertinggi kualitas kerja para karyawan, mengurangi tingkat kesalahan yang dilakukan oleh karyawan dan mengurangi kebosanan karyawan terhadap pekerjaannya.
h.      Biaya produksi dapat ditekan
Turunnya biaya per unit merupakan faktor yang sangat menguntungkan perusahaan, terutama dalam upaya penekanan biaya produksi dalam perusahaan. Hal ini ditambah dengan semakin baiknya kualitas kerja para karyawan perusahaan dan berkurangnnya kerusakan barang dalam proses akan dapat memperkecil biaya produksi per unit dalam perusahaan.
Sistem penerangan yang tepat mempunyai dua persyaratan utama, yang pertama adalah terdapatnya sinar yang cukup apada ruang kerja yang tidak menyilaukan para karyawan yang bekerja di dalamnya. Sedangkan yang kedua adalah terdapatnya distribusi cahaya yang merata, sehingga tidak terdapat kontras yang tajam dalam ruang kerja para karyawan tersebut.
a.      Sinar yang terang dan tidak menyilaukan
Sistem penerangan yang tepat akan dapat membuahkan sinar yang cukup terang dalam ruang kerja, tetapi tidak menyilaukan para karyawan yang bekerja di dalamnya. Keperluan akan terangnya sinar yang masuk ini akan berbeda-beda untuk jenis pekerjaan yang berbeda. Sinar yang masuk ini diusahakan agar tidak menyilaukan mata meskipun sinar ini harus cukup untuk menerangi ruang kerja. Sinar yang menyilaukan justru dapat menurunkan produktivitas kerja para karyawan perusahaan. Sehingga dalam penyusunan dari perencanaan sistem penerangan dalam perusahaan masalah cukupnya sinar masuk dan terdapatnya sinar yang tidak menyilaukan sangat perlu untuk diperhatikan oleh manajemen perusahaan.
b.      Distribusi cahaya yang merata
Pemerataan distribusi cahaya terhadap seluruh ruangan dalam perusahaan akan memudahkan para karyawan perusahaan untuk mengadakan penyesuaian mata, sehingga para karyawan tidak menderita kelelahan mata karena terdapat perbedaan sinar yang menyolok dari masing-masing ruang kerja yang ada dalam perusahaan. Perbedaan yang masih dapat dibenarkan adalah perbedaan kuat penerangan dari masing-masing ruang kerja yang disebabkan oleh persyaratan teknis dalam penyelesaian pekerjaan yang terdapat didalam ruangan tersebut.

2.        Sumber Penerangan
Manajer perlu mempertimbangkan efisiensi dalam penggunaan sumber penerangan serta pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan dengan dipilihnya salah satu sumber penerangan tersebut.
Secara umum, penerangan yang dapat dipergunakan dalam perusahaan ini ditinjau dari sumbernya akan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu penerangan alami dan buatan. Penerangan alami adalah sistem penerangan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sinar matahari atu merupakan penerangan dengan mempergunakan energi lain yang dipersiapkan untuk sistem penerangan tersebut. Ditinjau dari segi biaya untuk penerangan, biaya untuk penerangan alami akan relatif murah. Namun penerangan alami ini akan terpengaruh oleh cuaca, sehingga kadang-kadang sinar yang masuk tidak memadai untuk proses produksi. Oleh karena itu pada umumnya di dalam ruang kerja dipergunakan penerangan alami untuk penerangan utama yang kemudian dilengkapi dengan penerangan buatan.
Penerangan buatan dapat dilakukan dengan lampu minyak atau lampu listrik. Penggunaan lampu minyak biasanya digunakn pada perusahaan kecil tradisional, yakni pada daerah pelosok yang belum terjangkau listrik. Sistem penerangan ini umumnya hanya sebagai penunjang saja. Untuk perusahaan-perusahaan menengah, pada umumnya penggunaan lampu minyak ini akan dipergunakan sebagai cadangan apabila arus listrik tiba-tiba terputus.
Lampu listrik yang sering digunakan dalam perusahaan ini antara lain lampu pijar, lampu TL, dan lampu mercury. Lampu pijar akan dipergunakan oleh perusahaan karena harganya yang murah, pemeliharaannya yang mudah, kualitas sinar yang cukup memadai dan tidak perlu waktu tunggu saat dinyalakan. Namun tingkat efisiensi yang tidak begitu tinggi serta pendeknya umur ekonomis selayaknya juga perlu dipertimbangkan.
Tingkat efisiensi yang tinggi dari lampu TL serta jernihnya sinar yang dihasilkan akan dapat menunjang pelaksanaan proses produksi. Namun perlu diingat di dalam pemasangan lampu TL untuk ruang kerja ini pada umumnya akan dipasang berpasangan. Pemasangan semacam ini mempunyai tujuan untuk mengurangi efek getaran sinar yang ditimbulkan oleh lampu TL tersebut. Harga lampu TL relatif mahal namun umur ekonomisnya relatif lebih panjang.
Pemasangan sumber sinar dapat mempengaruhi efektifitas penyinaran terhadap obyek pekerjaan masing-masing karyawan. Dalam hal pemasangan sumber sinar ini terdapat lima cara yang berbeda, antara lain:
  • a.       Penerangan langsung, yakni langsung dari sumber sinar terhadap obyek,intenitas cahaya 90-100% di bawah sumber, dan 0-10% di atas sumber.
  • b.      Penerangan setengah langsung, yakni penyebaran sinar 60-90% untuk area bawah, sedangkan atas berkisar antara 10-40%.
  • c.       Penyebaran merata, merupakan penerangan dengan pancaran sinar yang merata ke dalam seluruh ruangan.
  • d.      Penerangan setengah tidak langsung, merupakan pembauran sinar yang pada ummnya sumber sinar akan diarahkan kepada langit-langit ruangan dan daripadanya akan terdapat pembauran sinar tersebut. Distribusi penerangan 60-90%di atas dan 10-40% di bagian bawah.
  • e.       Penerangan tidak langsung, proporsi sinar di atas sumber berkisar 90-100%, sedang di bawah 0-10%.

3.         Suhu Udara
Suhu udara ruang kerja para karyawan perusahaan akan ikut mempengaruhi produktivitas kerja para karyawan. Suhu yang terlalu panas bagi para karyawan perusahaan ini akan dapat menjadi penyebab turunnya gairah kerja para karyawan tersebut.
Beberapa jalan yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan di dalam rangka pengaturan suhu udara dalam ruang kerja para karyawan dari perusahaan yang bersangkutan tersebut anatara lain:
a.       Ventilasi yang cukup pada gedung pabrik
Apabila pabrik yang didrikan oleh perusahaan yang bersangkutan ini dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup, maka pertukaran udara yang memadai akan dapat diharapan terjadi pada masing-masing ruang kerja para karyawan, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik. Biaya untuk pemasangan ventilasi relatif murah dan hanya dikeluarkan pada saat pembangunan.
b.      Pemasangan kipas angin
Untuk membantu proses terjadinya pertukaran udara yang cukup di dalam ruang kerja par karyawan perusahaan ini, maka umumnya perusahaan akan memasang kipas angin dalam ruang kaerja mereka. Biaya untuk pemasangannya relatif kecil namun memerlukan biaya operasional.
c.       Pemasangan air conditioning
AC dapat digunakan untuk pengaturan udara dan kelembapan udara. Biaya pemasangan serta biaya operasional dari alat ini cukup tinggi akan menyebabkan kebanyakan perusahaan kecil dan menengah tidak mempergunakannya. Namun bagi perusahaan besar hal ini mungkin sudah biasa.
d.      Pemasangan humidifier
Peralatan yang lain dapat dipergunakan dalam usaha untuk mengatur suhu udara dan kelembapan ini adalah humidifier. Dengan alat ini maka kelembapan udar di dalam ruang kerja tersebut akan dapat disesuaikan denn kebutuhan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan.

4.        Suara Bising
Di dalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan, maka pada umumnya akan terdapat suara bising dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Suara bising yang terus-menerus sebenarnya akan dapat menurunkan kesehatan para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu penanggulangan terhadap suara bising ini sangat perlu untuk dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan di dalam perencanaan kondisi kerja untuk para karyawan perusahaan pada khususnya, serta perencanaan lingkungan kerja pada umumnya.
Adapun beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengaturan dan pengendalian suara bising yang terdapat di dalam perusahaan tersebut antara lain :

a.      Pengendalian sumber suara
Pengurangan suara dari mesin dan peralatan produksi yang ada dan dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dilaksanakan dengan jalan mengadakan pemeliharaan yang baik dan teratur terhadap mesin dan peralatan tersebut. Selain itu, pengawasan terhadap bekerjanya pipa gas buang dari mesin-mesin perusahaan sangat diperlukan pula.
b.       Isolasi dari suara
Di dalam beberapa hal, suara bising yang ditimbulkan oleh mesin dan peralatan yang digunakan tersebut dapat diisolir di dalam ruang mesin yang bersangkutan. Isolasi suara ini dapat dilaksanakan dengan menutup rapat ruang mesin tersebut dengan dinding tembok yang cukup kuat dan rapat, sehingga suara yang ditimbulkan oleh mesin yang bekerja di dalam ruang tersebut dapat diisolasi dengan baik. Dengan tertutup rapatnya ruangan tersebut, maka tidak boleh dilupakan untuk memberikan saluran gas buang yang cukup baik bekerjanya, keluar dari ruangan mesin tersebut dikarenakan penumpukan gas buang pada ruang mesin tersebut sangat membahayakan karyawan yang bekerja di dalam ruang tersebut.
c.       Penggunaan peredam suara
Peredam suara yang dipasang di dalam ruang kerja para karyawan (terutama pada karyawan bagian administrasi) ini akan menyerap getaran suara dan tidak memantulkannya. Peredam suara ini pada umumnya akan dipasang pada setiap dinding ruangan tersebut akan dapat teredam dengan baik dan tidak dipantulkannya kembali oleh dinding-dinding ruang kerja tersebut.
d.      Penggunaan sistem akustik
Dengan pemasangan sistem akustik ini, maka akan terdapat perubahan-perubahan kecil dari perencanaan ruang dilihat dari kepentingan mesin dan peralatan produksi yang digunakan. Hal ini disebabkan karena susunan ruangan yang akan dibuat dalam hal ini ditambah dengan


pertimbangan minimisasi dampak suara yang ditimbulkan oleh mesin dan peralatan yang digunakan di dalam perusahaan.
e.       Pemakaian alat perlindungan telinga
Di dalam sebuah perusahaan, akan terdapat beberapa ruangan tertentu yang mau tidak mau akan terdapat suara bising di dalam ruang tersebut. Untuk menghindarkan diri dari dampak negatif yang akan diderita oleh para karyawan yang bekerja di ruang tersebut, maka pada umumnya para karyawan yang bersangkutan akan dilengkapi dengan alat perlindungan telinga yang harus digunakan apabila para karyawan masuk ke dalam ruangan tersebut.

5.        Penggunaan Warna

Masalah penggunaan warna di dalam ruang kerja para karyawan perusahaan pada umumnya belum mendapatkan perhatian dengan semestinya oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Pemilihan warna yang cerah atau yang gelap belum tentu akan menaikkan atau menurunkan produktifitas kerja para karyawan perusahaan yang bersangkutan.
Pedoman di dalam pemilihan warna yang digunakan di dalam ruang kerja dalam perusahaan yang bersangkutan adalah:

Perkiraan Pemantulan Sinar dari Warna yang Digunakan
No
Permukaan
Warna
Pemantulan (+/-)
1
2

3

4

5
Atap/ langit-langit
Dinding atas

Dinding bawah

Dasar tempat kerja

Lantai
Putih
Hijau muda
Kuning muda
Hijau tua
Kuning tua
Hijau sedang
Kuning sedang
..................
75% - 80%
50% - 55%

25% - 35%

30% - 40%

10% - 20%
Pada dasarnya pemilihan warna yang dilaksanakan oleh manajemen perusahaan ini mempunyai tujuan untuk dapat lebih memperjelas pengamatan para karyawan perusahaan tersebut kepada obyek pekerjaanya.

7.        Ruang Gerak yang Diperlukan
Agar para karyawan perusahaan ini dapat leluasa bekerja dengan baik, maka ruang gerak dari para karyawan perlu diberikan di dalam besar ruangan yang memadai. Pada umumnya di dalam suatu perusahaan tersebut tidak diinginkan adanya penurunan produktifitas kerja yang dikarenakan oleh terlalu sempitnya ruang gerak para karyawan atau juga terjadinya pemborosan ruangan di dalam perusahaan tersebut.

Untuk menyusun ruang gerak yang tepat bagi para karyawan perusahaan tersebut, berikut disajikan gambar-gambar yang diperkirakan dapat membantu di dalam penyusunan ruang gerak tersebut. Bagan 42 dan 43 berikut ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam penyusunan ruang gerak para karyawan.
8.      Keamanan Kerja
Pada umumnya perencanaan keamanan kerja yang disusun untuk suatu perusahaan akan berhubungan erat dengan layout pabrik yang digunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Keamanan kerja para karyawan ini tergantung pada mesin dan peralatan produksi yang digunakan perusahaan, maka ruang gerak yang disediakan untuk para karyawan di dalam perusahaan juga akan berpengaruh. Ruang gerak yang cukup serta keamanan penggunaan mesin dan peralatan produksi akan dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja di dalam perusahaan.
Faktor yang menjadi penyebab terhadap turunnya tingkat keamanan kerja yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan antara lain:

a.                     Tidak cukupnya ruang gerak yang diperlukan oleh para karyawan pada tempat kerja karyawan yang bersangkutan.
b.                     Tidak kuatnya daya tahan dari lantai yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan proses produksi.
c.                     Tidak tersedianya alat pemadam kebakaran di dalam jumlah yang memadai.
d.                     Tempat kerja para karyawan perusahaan tersebut merupakan daerah bahaya.
e.                     Terdapatnya beberapa gangguan proses produksi yang dikarenakan oleh rusaknya lantai pabrik.

2.1.6         Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Motivasi kerja

Hubungan kondisi kerja dengan motivasi kerja dari teori Herzberg (2006:283) yang dikutip oleh Fred Luttans, menyatakan bahwa:
“Kondisi kerja yang merupakan faktor yang dapat menimbulkan ketidakpuasan dimana jika kondisi kerja yang kondusif dan memadai maka akan cenderung meningkatkan motivasi kerja karyawan”.

Maharudin Pangewa (2004:92), menyatakan bahwa :
“Salah satu faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi kondisi kerja yaitu motivasi kerja”.
Menurut Teori Sutermeister ( Yayat Hayati Djatmiko, 2004:71), menyatakan bahwa :
“Faktor yang mempengaruhi kondisi kerja yang meliputi kondisi fisik dan kondisi sosial kerja adalah motivasi kerja”.
maka dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja merupakan salah satu faktor strategis yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan. Dengan diperhatikannya kondisi kerja dengan baik maka secara otomatis akan mempengaruhi kepada motivasi kerja karyawan itu sendiri.











BAB III
PENUTUP

1.1  Kesimpulan

kondisi kerja adalah kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan pada pabrik yang didirikan oleh perusahaan dan kondisi kerja merupakan salah satu faktor strategis yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan. Dengan diperhatikannya kondisi kerja dengan baik maka secara otomatis akan mempengaruhi kepada motivasi kerja karyawan itu sendiri.

1.2  Saran

Jadikan kondisi kerja yang baik dapat membuat kita bekerja lebih maksimal dan kondisi kerja yang baik juga akan mempengaruhi pada motivasi serta hasil kerja karyawan itu sendiri.










DAFTAR PUSTAKA
http://www.kondisi kerja.co.id// blogger.com
DrsMoh. As’ad, S.U., Psi, psikologi industri “ sumber daya manusia “, 1999, Liberty, Yogyakarta.
http://www.Keadaan kerja.co.id
perpustakaan kampus C universitas Bina Darma palembang