blog Nova Afriyanti
Minggu, 13 Mei 2012
HARI IBU
hari ibu" SELAMAT HARI IBU " “Sekuntum melati, lambang kasih nan suci. Ibu Indonesia, pembina tunas bangsa. Berkorban sadar cita, tercapai dengan giat bekerja. Merdeka laksanakan bhakti pada Ibu Pertiwi” Sekuntum melati, lambang kasih nan suci. sangat indah bukan, melati yang harum mewangi sepanjang hari sebagai lambang kasih nan suci. lambang Hari Ibu adalah setangkai bunga melati dengan kuntumnya. Secara pasti tidak tahu sejarah kenapa melati dijadikan lambang Hari Ibu. Lambang tersebut digunakan untuk menggambarkan 3 hal: 1. Kasih sayang kodrati antara ibu dan anak; 2. Kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak; 3. Kesadaran wanita untuk menggalang kesatuan dan persatuan, 4. keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara. Padahal peringatan hari Ibu Indonesia sebenarnya dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda, bahwa betapa besar jasa para pejuang perempuan mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan untuk memperjuangkan kesatuan, persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Hakekat Hari Ibu di Indonesia adalah nasionalisme kaum hawa Indonesia. Benih2nya saat persiapan kemerdekaan dan masa perang kemerdekaan. Berbeda dengan sejarah ditetapkannya Hari Ibu, sekarang ini Hari Ibu oleh bangsa Indonesia diperingati tidak hanya untuk menghargai jasa-jasa pejuang perempuan, tetapi juga jasa perempuan secara menyeluruh, baik sebagai ibu dan istri maupun sebagai warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai pejuang dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional. Yah perayaan yang umum sekarang ini lebih pada penghargaan kepada kaum Ibu yang melahirkan kita, secara personal. Terlihat jelas dari status teman-teman di facebook, tweet di twitter ataupun YM. Di Blackberry Messenger juga tak kalah, semua pada mengganti pic profile dengan foto bersama ibu/mamanya masing-masing. “Selamat Hari Ibu…”, “Aku Sayang Ibu…” itu beberapa kalimat yang paling banyak muncul hari ini. Setahun lalu, ditanggal yang sama, saya juga menulis post dengan judul "Setiap Hari adalah Hari Ibu", bukan untuk mengecilkan peringatan Hari Ibu ini tapi bagi saya setiap hari adalah hari spesial untuk ibu, terlebih saya yang tidak setiap waktu bisa ketemu sama ibu karena dipisahkan jarak :) Ingin tau bagaimana sebenarnya sejarah Hari Ibu di Indonesia? Pimpinan perkumpulan kaum perempuan tergugah untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri saat Sumpah Pemuda dan Lagu Indonesia Raya dilantunkan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda Indonesia. Pada saat itu sebagian besar perkumpulan perempuan masih merupakan bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa. Selanjutnya, atas prakarsa para perempuan pejuang pergerakan kemerdekaan pada tanggal 22-25 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama kali di Yogyakarta. Salah satu keputusannya adalah di bentuknya satu organisasi bernama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI). Melalui PPPI terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan untuk secara bersama-sama kaum laki-laki berjuang meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju. Pada tahun 1929 PPPI berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada tahun 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Kongres tersebut disamping berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia, juga menetapkan fungsi utama Perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya. Pada tahun 1938 Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Tahun 1946 Badan ini menjadi Kongres Wanita Indonesia di singkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman. Peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember tersebut kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia. Selanjutnya, dikukuhkan oleh Pemerintah dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember 1959, yang menetapkan bahwa Hari Ibu tanggal 22 Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur. Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen. Tahun berikutnya dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Balai Srikandi oleh Ibu Sukanto (Ketua Kongres Pertama). Kemudian diresmikan oleh Menteri Maria Ulfah (Menteri Perempuan Pertama yang diangkat tahun 1950) tahun 1956. Akhirnya pada tahun 1983, Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen itu menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Jogjakarta. “Makna Hari Ibu” Hari ini tanggal 22 Desember 2008 kita memperingati Hari Ibu yang dirayakan secara nasional. Di beberapa negara juga terdapat peringatan Hari Ibu yang lebih dikenal dengan nama Mother’s Day. Walaupun ada perbedaan hari seperti di Amerika dan Kanada merayakan Hari Ibu pada hari Minggu di minggu kedua bulan Mei, namun maknanya tetap sama. Kata ibu disini mencangkup Ibu, Nenek maupun Calon Ibu. Sejarah hari ibu di indonesia sendiri dimulai dengan diadakannya kongres pertama organisasi-organisasi wanita di Jogjakarta pada tanggal 22 Desember 1928. Kongres perempuan ini kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912 yang terilhami oleh pejuang wanita nasional seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Jadi jelas kongres perempuan ini bertujuan atau memiliki makna untuk ikut mengambil bagian dalam pergerakan nasional. Saat ini Indonesia sudah merdeka namun wanita selalu mengambil bagian dalam rangka pembangunan nasional. Di susunan kabinet menteri sudah sering wanita menduduki posisi menteri, bahkan menjadi presiden RI ke-5, yaitu Megawati Soekarno Putri. Peran wanita dalam pemerintahan pusat maupun daerah juga tidak dapat dipungkiri. Ditengah keterbatasan wanita, ternyata wanita mampu untuk ikut berpartisipasi dalam dominasi dunia pria di Indonesia. Kita sudah sering melihat prestasi wanita dalam berbagai bidang seperti politik, sosial, teknologi, maupun olah raga. Walaupun masih banyak orang yang merendahkan kaum wanita namun mereka tetap dapat menunjukkan eksistensinya dalam berbagai bidang. Jika demikian apakah kita pantas untuk merendahkan martabat kaum wanita? Terlepas dari peran serta wanita dalam berbagai bidang, hendaknya kita memaknai Hari Ibu karena peran besarnya dalam melahirkan dan merawat kita sehingga menjadi pribadi yang besar saat ini. Seringkali kita melihat di samping pemimpin besar selalu ada wanita yang tangguh. Baik sebagai istri maupun sebagai Ibu kita akan selalu melihat fenomena ini di Dunia. Jadi kita hendaknya harus selalu menghormati kaum wanita karena peran besar seorang Ibu yang tak dapat digantikan oleh kaum pria yaitu melahirkan Anak. Tanpa beliau kita tidak ada di muka bumi ini. Mario Teguh menyebutkan dalam Golden Ways, hanya dengan memikirkan atau mengucapkan kata ibu maka kita langsung teringat dengan jasa Ibu kita, membuat diri kita terenyuh dan berpikir apakah saya sudah berbuat baik untuk membalas jasa besar Ibu kita? Jasa ibu sendiri tidak bisa kita gantikan dalam kehidupan ini. Sebagai anak maka patutlah bagi kita untuk mendengarkan nasehat beliau dan merawat beliau kelak ketika sudah berumur. Sebagai seorang suami maka hendaknya suami selalu menghormati pendapat istri dan tidak menganggap rendah istrinya sehingga melakukan kekerasan rumah tangga karena kelemahan wanita. Marilah kita memaknai Hari Ibu ini dengan lebih menghormati jasa dan peran wanita dalam hidup kita. “ Surga berada dibawah telapak kaki para ibu, bagi siapa yang mereka kehendaki mereka akan masukkan kedalam surga dan bagi siapa yang mereka kehendaki mereka akan keluarkan dari surga. ” Al-Hindi menyebutkan hadits ini di dalam al-Kanz no. 45439, dari hadits Anas bin Malik. Dan hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Qudha’i, ad-Daulabi, Abu asy-Syaikh di dalam al-Fawa`id dan selain mereka. Pada sanadnya terdapat Manshur bin al-Muhajir dan Abu an-Nazhar al-Abaar keduanya perawi yang tidak dikenal. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Adi dan al-’Uqaili dari hadits Ibnu Abbas. Pada sanadnya terdapat Musa bin Atha` dan dia seorang pendusta. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ”Saya tidak mengetahui hadits ini secara lafazh diriwayatkan secara marfu’ dengan sanad yang shahih.” Ibnu Thahir menghukumi hadits ini sebagai hadits yang mungkar. Syaikh al-Albani menghukumi hadits dengan lafazh ini sebagai hadits yang maudhu`, seperti tertera di dalam adh-Dha’ifah no. 593, untuk lebih jelas silahkan merujuk kepada kitab beliau rahimahullah ta’ala. Dan sebagai faidah, asy-Syaikh al-Albani di dalam kitab tersebut dan juga di dalam al-Irwa` (5/21) menyebutkan hadits yang semakna dari hadits Mu’awiyah bin Jahimah, bahwa Jahimah datang menemui nabi shallallahu ’alaihi wasallam dan berkata, ”Wahai Rasulullah saya berkeinginan untuk turut berperang, dan saya datang untuk bermusyawarah dengan anda?” Maka beliau menjawab, ”Apakah engkau memiliki ibu?” Dia menjawab, ”Iya.” Beliau lalu bersabda, ”Tetaplah engkau bersamanya, karena surga berada dibawah kedua kakinya.” HR. An-Nasa`i (no.3104), al-Hakim (2/104, 4/151), Ahmad (3/429), Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Musnad (2/7/2). Al-Hakim berkata ”sanadnya shahih” dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Saya (al-Albani) berkata, ”Demikian yang mereka katakan, sedangkan Thalhan bin abdullah tidak seorangpun yang men-tsiqahkannya selain Ibnu Hibban, namun beberapa perawi telah meiwayatkan darinya. Dengan begitu dia seorang yang hasan hadits-nya insya Allah. Di dalam at-Taqrib disebutkan –tentang dirinya-, ”Maqbul.” Dan terdapat mutaba’ah (penguat) baginya oleh Muhammad bin Ishaq bin Thalhah, diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2781) …”
psikologi belajar 2
PSIKOLOGI BELAJAR
Universitas Bina Darma Palembang
PENDAHULUAN
Secara historis studi ilmiah tentang belajar dilakukan oleh psikolog.
Dipelopori oleh ahli-ahli seperti Ebbinghaus (1885), Bryan dan Harter (1897, 1899) dan Thorndike (1898).
Banyak Psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa belajar merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah laku (Hilgard, 1956), didukung oleh Tollman, Guthrie dan Hull.
Pengaruh Pra Psikologi Terhadap Studi Belajar
Filsafat:
Objek studi dari para filosof adalah peranan pikiran individu dalam mempersepsikan dunianya.
Aristoteles : belajar itu melalui asosiasi
Tiga hukum asosiasi : contiguity, similarity dan law of contrast.
Psikologi Belajar Sebagai Ilmu Pengetahuan :
Psikologi belajar menggunakan pendekatan ilmiah untuk studi perilaku. Kesimpulan kesimpulan psikologis harus berdasarkan hasil observasi yang tepat dan objektif.
Penelitian Awal tentang Studi Belajar
Herman Ebbinghaus: penelitian mengenai ingatan terhadap nonsense sylabels.
Variabel yang mempengaruhi ingatan: waktu, tipe dan jumlah materi, pengalaman.
“Sistem” Psikologi
Sistem Psikologi menjelaskan perilaku secara komprehensif sedangkan Teori Psikologi menjelaskan sebagian perilaku.
Sistem-sistem Psikologi :
a. Strukturalisme d. Behaviorisme
b. Fungsionalisme e. Psikologi gestalt
c. Asosiasionisme f. Psikoanalisa
Teori-teori Belajar
Pengaruh dari sistem/ aliran psikologi mulai berkurang pada 1930 dan beralih ke teori psikologi,sebab penelitian psikologi terfokus pada masalah proses sentral psikologi, seperti belajar, motivasi, dll.
Teori-teori belajar komprehensif menjadi kekuatan baru yang dominan dalam psikologi karena:
- Psikologi mengutamakan penelitian dan percobaan-percobaan
- Tekanan studi psikologi menggunakan observasi perilaku
- Tekanan kepada pentingnya proses belajar
- Analisis S-R dalam studi perilaku
- Penelitian mengenai belajar merupakan upaya ilmu dasar bukan sekedar ilmu terapan
Edwin Guthrie: contiguity antara S-R ada dalam proses belajar.Reinforcement merubah kondisi stimulus sehingga memunculkan respon tertentu yang diharapkan dan mencegah respon lain yang tidak diharapkan.
Clark Hull: teori deduktif-matematis, menjelaskan kecenderungan munculnya respon berdasarkan dalil yang formal dan umum (deduktif) dan diformulasi dalam bentuk matematis.
sEr = sHr x V x D x K – (Ir + sIr)
Edward Tolman: teori behaviorisme purposif, yang mencakup segi positif dari konsep behavioristik dan kognitif.
Tolman berpendapat bahwa melalui perilaku bertujuan, proses belajar bukanlah sesuatu situasi yang dapat diamati semuanya, tetapi proses nyata dari belajar terdiri dari operasi kognitif yang terpusat.
B.F Skinner: operan conditioning, perilaku dapat dimanipulasi dengan mengelola kondisi reinforcement.
Donald Hebb: physiological learning, bahwa didalam belajar terdapat proses perubahan elektrokimia didalam satu atau lebih sinaps, yang berada diantara axon dan dendrit yang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat.
Jean Piaget: teori belajar kognitif, menekankan pentingnya interaksi antara pertumbuhan fisikdan perkembangan intelektual organisma.
Pendekatan-pendekatan Kontemporer
Pendekatan Asosiasi dan Kognitif
pendekatan asosiasi mementingkan ikatan S-R dalam belajar, sedangkan pendekatan kognitif mementingkan proses kognitif yaitu adanya proses mental yang tinggi.
Pendekatan Ethologi
mementingkan struktur biologis dalam mempelajari respon organisme
Pendekatan Belajar Verbal dan perilaku bahasa
menerapkan pendekatan asosiasi dan kognitif.
PENGERTIAN BELAJAR
Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau berubah melalui reaksi pada situasi yang ditemui, asalkan ciri perubahan aktivitasnya tidak dapat dijelaskan sebagai kecenderungan respon dasar, kematangan, atau proses tubuh organisma yang bersifat sementara.
Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau berubah melalui reaksi pada situasi yang ditemui, asalkan ciri perubahan aktivitasnya tidak dapat dijelaskan sebagai kecenderungan respon dasar, kematangan, atau proses tubuh organisma yang bersifat sementara.
Hal-hal pokok berkenaan dengan belajar:
a. membawa perubahan
b. adanya kecakapan baru
c. adanya usaha
Ciri-ciri Perubahan Perilaku dalam Belajar
- Terjadi secara sadar
- Bersifat kontinu dan fungsional
- Bersifat positif dan aktif
- Bukan bersifat sementara
- Bertujuan atau terarah
- Mencakup seluruh aspek perilaku individu
Perilaku Bukan Belajar
Menurut,Hilgard:
• Respon bawaan: Gerak refleks, tropisms, insting
• Kematangan: pertumbuhan
• Kelelahan
Dirambahkan oleh Wittig:
• Motivasi
• Kepekaan dan kebiasaan
• Adaptasi sensori
• Ciri-ciri fisiologis
• Kondisi belajar
KEPRIBADIAN, WATAK DAN TEMPRAMENT
Manusia memiliki tipe kepribadian masing-masing yang
sifatnya unik walau memiliki banyak kesamaan-kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat dari temperamen, watak dan
kepribadian masing-masing. Dari segi temperamen orang bisa
dibedakan antara tipe sanguinis, kholeris, melankolis dan plegmatis. Namun
demikian umumnya orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.
Tipe orang dengan temperamen tertentu merupakan bawaan lahir yang memang
tidak mudah untuk merubahnya. Dari segi watak atau karakter juga orang
bisa dibedakan antara yang berkarakter baik dan berkarakter buruk.
Karakter disini tidak sama dengan temperamen walau berkaitan erat, karena
karakter adalah bentuk lain dari temperamen yang sudah mengalami
pembentukan melalui lingkungan, seperti lingkungan pendidikan, budaya,
agama dan kebiasaankebiasaan hidup lainnya. Karakter dengan demikian
bukanlah bawaan lahir, melainkan yang terbentuk kemudian, terutama melalui
pendidikan, dan merupakan diri kita yang sesungguhnya.
Dari segi kepribadian juga orang bisa dibedakan, namun pembedaan itu sering
mengacu pada temperamen atau sifat-sifat dominan yang ada pada seseorang.
Namun demikian kepribadian bukanlah temperamen atau karakter, melainkan
lebih luas dari itu, karena kedua hal itu merupakan bagian dari
kepribadian. Kepribadian lebih merupakan penampilan diri (citra diri) yang
ingin diperlihatkan kepada orang lain. Hal itu bisa saja sama dengan
temperamen atau karakter sendiri dan bisa juga berbeda dengan itu,
karena hanya berupa tampilan sementara (topeng) agar orang memiliki kesan
tertentu terhadap dirinya.
A.
Pengertian Kepribadian, Watak dan Temperamen
1. Kepribadian
“Kepribadian adalah organisasi dinamis di dalam individu yang terdiri
dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah-laku dan pikirannya
secara karakteristik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.“ (G. Allport) Organisasi dinamis: maksudnya bahwa kepribadian
itu selalu berkembang dan berubah meskipun ada suatu sistem organisasi
yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian
kita. Psikofisik: maksudnya organisasi kepribadian melingkupi kerja
tubuh dan jiwa (tak terpisahkan) dalam satu kesatuan Menentukan: menunjukkan
bahwa kepribadian mengandung kecenderungankecenderungan determinasi yang
memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
Karakteristik (khas, unik): menunjukkan sifat individualis. Tidak
ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri
terhadap lingkungan, yang berarti tidak ada dua orang yang mempunyai
kepribadian yang sama. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan: kepribadian
menghubungkan/mengantarai individu dengan lingkungan fisiologisnya (yang
kadang-kadang menguasainya).
Di sini kepribadian mempunyai fungsi adaptasi dan menentukan.
2. Watak
Walaupun istilah kepribadian dan watak sering dipergunakan secara
bertukartukar, namun Allport memberi pengertian berikut: “character is
personality evaluated and personality is character devaluated”. Allport
beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality)
adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan.
Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka
lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan
bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai
istilah “kepribadian.”
3. Temperamen
Pengertian temperamen dan kepribadian sering juga dikacaukan. Namun
umum mengakui adanya perbedaan di antara keduanya. Temperamen dilihat
sebagai disposisi yang sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor
biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi
di dalam perkembangan. Di sini peranan keturunan lebih penting/besar
daripada segi-segi kepribadian yang lain.
Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada
sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan
emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana
hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati.
Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama
berasal dari keturunan.”Menurut G. Ewald:
“Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan
konstitusi jasmani.”
Di sini peranan keturunan memainkan peranan penting, sedangkan
pengaruh pendidikan dan lingkungan tidak ada. Dalam kaitan dengan watak,
G. Ewald lebih melihat temperamen sebagai yang tetap seumur hidup, yang
tak mengalami perkembangan, karena temperamen bergantung pada
konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap
selama hidup. Sebaliknya watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi
masih mengalami pertumbuhan atau perkembangan.Watak sangat bergantung
pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan, pengalaman,
dan sebagainya).
4. Hubungan antara kepribadian, watak dan temperamen
Kepribadian, watak dan temperamen berkaitan satu sama lain.
Ketiga-tiganya menyangkut diri seseorang. Kepribadian dan watak lebih
dekat satu sama lain, bahkan sering disamakan. Kalau kita terutama
bermaksud menggambarkan pribadi seseorang sebagaimana adanya, sifat dan
pembawaannya yang khas, di situ kita bicara terutama mengenai
kepribadiannya, yang punya keunikan tersendiri. Dalam perjalanannya,
kepribadian seseorang berhadapan dengan lingkungannya, yang turut
membentuknya hingga mencapai taraf kematangan tertentu. Kalau kita
melakukan penilaian atas pribadi seseorang, maka hal itu lebih mengarah
pada dirinya yang sudah terbentuk, yang dia sendiri turut bertanggung
jawab di dalamnya. Inilah yang terutama dimaksud dengan watak. Kata watak
dipakai baik dalam arti normatif maupun dalam arti deskriptif.
Dalam arti normatif kita berbicara terutama tentang watak; sedangkan
dalam arti deskriptif, kita berbicara terutama tentang kepribadian.
Berbicara tentang watak juga sekaligus bicara tentang kepribadian, bergantung
mana yang kita tekankan, aspek normatifnya atau aspek deskriptifnya.
Temperamen
lebih banyak ditentukan oleh struktur fisik-biologis seseorang,
dan sifatnya tetap, oleh karenanya dapat dibuat perbedaan yang jelas dan
bersifat tetap antara satu orang dengan yang lain. Temperamen merupakan
bagian dari kepribadian, yang di dalamnya unsur bawaan lebih dominan.
Namun berbicara mengenai temperamen juga berarti berbicara mengenai
kepribadian, suatu kepribadian dengan temperamen tertentu. Tapi kalau bicara
tentang perkembangan kepribadian, maka bukanlah terutama mengenai
temperamennya, melainkan mengenai pribadi yang sudah mengalami proses
pembentukan, berarti lebih dimaksudkan sebagai“watak.”
B. Jenis-jenis Temperamen
Pengelompokan manusia ke dalam beberapa tipe kepribadian merupakan
suatu usaha yang sudah berlangsung lama, baik dengan usaha yang masih
sederhana maupun usaha yang ilmiah. Dalam pendekatan ilmiah, walau para
ahli menempuh cara pendekatan berbeda, namun sebenarnya mereka berangkat
dari titik yang sama tapi dengan teknik berbeda. Para ahli berangkat dari
pandangan bahwa kepribadian manusia itu variasinya hampir tak terhingga
banyaknya. Akan tetapi, untuk memahami manusia yang bermacam-macam itu
dibutuhkan teknik tertentu. Para ahli yang berpangkal pada cara pendekatan
tipologis beranggapan bahwa walaupun variasi kepribadian manusia tiada
terhingga banyaknya, namun semuanya berlandaskan pada sejumlah kecil
komponen dasar. Berdasarkan atas dominasi komponen-komponen dasar itulah dilakukan
penggolongan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu.
1. Ajaran tentang cairan badaniah
Ajaran ini dirumuskan oleh Hippocrates dan selanjutnya disempurnakan
oleh Galenus. Ajaran dari kedua tokoh ini kemudian menjadi sangat terkenal
dan mendasari banyak pemahaman yang dikembangkan oleh para ahli di
kemudian hari. Hippocrates (460-370 SM) adalah Bapak Ilmu Kedokteran,
sehingga tidak mengherankan kalau dia membahas kepribadian manusia dari
titik tolak konstitusional. Hippocrates dipengaruhi oleh pandangan dari
seorang filsuf alam (kosmolog) bernama Empedokles, yang
berpandangan bahwa alam semesta ini beserta isinya tersusun dari empat
unsur dasar, yaitu: tanah, air, udara, dan api, dengan
sifat-sifat yang dikandungnya, yaitu: kering, basah, dingin dan panas.
Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat
macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa
cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang, yakni: Sifat kering,
terdapat dalam chole (empedu kuning); sifat basah, terdapat dalam melanchole
(empedu hitam); sifat dingin, terdapat dalam phlegma (lendir);
dan sifat panas, terdapat dalam sanguis (darah). Keempat cairan
tersebut ada dalam tubuh dengan porsi tertentu. Apabila keempat cairan
berada dalam porsi seimbang, orang berada dalam keadaan sehat (normal);
apabila keseimbangannya yang proporsional itu terganggu, orang tersebut
dalam keadaan sakit, menyimpang dari keadaan normal.
Galenus menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut. Dia sependapat
dengan Hippocrates bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cai
ran, yaitu: chole, melanchole, phlegma dan sanguis, dan
bahwa cairan tersebut ada dalam tubuh manusia dalam proporsi tertentu.
Apabila suatu cairan melebihi proporsi yang seharusnya (=dominan), maka
akan mengakibatkan adanya sifatsifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat yang
khas pada seseorang sebagai akibat dari dominannya salah satu cairan
badaniah itu, oleh Galenus menyebutnya temperamen. Lalu
dengan dasar pikiran yang telah dikemukakan itu Galenus menggolongkan
manusia ke dalam empat tipe temperamen, yang berdasar pada dominasi salah
satu cairan badaniahnya. Keempat tipe itu adalah: kholeris, melankolis,
phlegmatis dan san guinis. Untuk jelasnya lihat tabel berikut:
Cairan badan
Prinsip Tipe Sifat-sifat
Chole Tegangan kholeris Hidup (besar semangat) keras, hatinya
mudah terbakar, daya juang besar, optimistis Melanchole
Penegaran (rigidity) melankolis Mudah kecewa, daya juang
kecil, muram, pessimistis Phlegma Plastisitas phlegmatis Tak
suka terburu-buru (kalem, tenang), tak mudah
dipengaruhi, setia Sanguis Ekspansivitas sanguinis Hidup,
mudah berganti haluan, ramah Tipologi Hippocrates-Galenus
2. Empat jenis temperamen
Keempat jenis temperamen di atas akan dijelaskan lebih lanjut :
1). Sanguinis. Ditandai dengan sifat: hangat,
meluap-luap, lincah, bersemangat dan pribadi yang“menyenangkan.”
Pada dasarnya mau menerima. Pengaruh/kejadian luar dengan gampang
masuk ke pikiran dan perasaan, yang membangkitkan respons yang
meledak-ledak. Perasaan lebih berperan dari pada pikiran refleksif dalam
membentuk keputusan. Orang sanguinis sangat ramah kepada orang lain,
sehingga dia biasanya dianggap seorang yang sangat ekstrovert.
2). Koleris. Seorang choleris tampil hangat, serba
cepat, aktif, praktis, berkemauan keras, sanggup
mencukupi keperluannya sendiri, dan sangat independen. Dia
cenderung tegas dan berpendirian keras, dengan gampang dapat
membuat keputusan bagi dirinya dan bagi orang lain. Seperti
seorang sanguinis, seorang choleris adalah seorang ekstrovert,
walau tidak seekstrovertnya seorang sanguinis. Seorang choleris hidup
dengan aktif. Dia tidak butuh digerakkan dari luar, malah
mempengaruhi lingkungannya dengan gagasan-gagasannya, rencana, tujuan, dan
ambisiambisinya yang tak pernah surut.
3). Melankolis. Si melankolis adalah seorang yang
paling “kaya” di antara semua temperamen. Dia seorang analisis, suka
berkorban, bertipe perfeksionis dengan sifat emosi yang sangat sensitif.
Tidak seorang pun yang dapat menikmati keindahan karya seni melebihi
seorang melankolis. Sebenarnya dia mudah menjadi introv e r t , tetapi
ketika perasaannya lebih dominan, dia masuk ke dalam
bermacammacam keadaan jiwa. Kadang-kadang mengangkatnya
pada kegembiraan yang tinggi yang membuatnya bertindak lebih ekstrovert.
Akan tetapi pada saat lain dia akan murung dan depressi, dan selama
periode ini dia menarik diri (withdrawn), dan bisa menjadi seorang
yang begitu antagonistis (bersifat bermusuhan).
4). Phlegmatis.
Si phlegmatis adalah seorang yang hidupnya tenang, gampangan, tak
pernah merasa terganggu dengan suatu titik didih yang sedemikian tinggi
sehingga dia hampir tak pernah marah. Dia adalah seorang dengan tipe yang
mudah bergaul, dan paling menyenangkan di antara semua
temperamen. Phlegmatis berkaitan dengan apa yang dipikirkan
oleh Hippocrates mengenai cairan dalam badan yang menghasilkan yang
“tenang,” “dingin,” “pelan,” temperamen yang memiliki keseimbangan yang
baik. Baginya hidup adalah suatu kegembiraan, dan kadang menjauh
dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Dia begitu tenang dan agak diam,
sehingga tak pernah kelihatan terhasut, bagaimana pun keadaan sekitarnya.
C. Saya Bertemperamen Apa?
1. Dua belas
kombinasi temperamen
Tidak mudah
untuk menggolongkan orang hanya dalam salah satu jenis temperamen saja.
Kita semuanya merupakan perpaduan antara paling tidak dua temperamen, satu
yang dominan dan yang lain kurang dominan. Maka ada dua belas kemungkinan
besar perpaduan temperamen, yakni: SanChlor, SanMel, SanPhleg,
ChlorSan, ChlorMel, ChlorPhleg, MelSan, MelChlor, MelPhleg, PhlegSan,
PhlegChlor, PhlegMel.
Dengan
pembagian ini, seseorang lebih mudah membuat identifikasi dirinya sebagai
salah satu dari kedua belas jenis perpaduan itu daripada
keempat temperamen dasar. Pada dasarnya, setiap orang dapat memiliki
sekaligus segala kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada temperamen yang
dominan/utama dan yang kedua. Beberapa dari kekuatan dan kelemahan ini
dapat saling menggagalkan satu sama lain, saling menguatkan, saling
menonjolkan diri dan saling mempersulit yang lain. Kejadian seperti ini
menciptakan keragaman
perilaku,
prasangka, dan kemampuan-kemampuan alamiah dari orang dengan temperamen
dominan yang sama tapi dengan temperamen tambahan (secondary
temperament) yang berbeda.
2. Terjadinya variabel tambahan
Ada kemungkinan bahwa seseorang tidak cocok masuk ke dalam salah satu
dari kedua belas jenis temperamen. Memang tidak ada dua orang yang persis
sama. Akibatnya dapat mengubah gambaran sebagaimana dikemukakan di
atas, sehingga seseorang tidak lagi cocok pada salah satu model tadi. Hal
seperti ini dapat diterangkan sebagai berikut:
- Persentase perbandingan antara predominant temperament dan secondary temperament. Perbandingannya tidak selalu 60/40. Ada perbedaan antara perpaduan 60/40 MelChlor dengan perpaduan 80/20 MelChlor; atau antara perpaduan 55/45 SanPhleg dengan perpaduan 85/15 SanPhleg, dan seterusnya.
- Latar belakang yang berbeda dan childhood training dapat mengubah pengungkapan dari salah satu jenis temperamen. Seorang MelPhleg yang dibesarkan dalam kekejaman dan kebencian orang tua akan berbeda dengan seorang MelPhleg yang dibesarkan dalam suasana penuh kasih sayang dan perhatian. Keduanya memiliki kekuatan dan talenta yang sama. Akan tetapi, seorang barangkali mengatasinya dengan permusuhan, depresi atau menganiaya diri sendiri sehingga dengan demikian dia tidak pernah menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
- Sering tidak objektif apabila kita mengamati diri kita sendiri. Oleh karena itu, merupakan hal yang bermanfaat apabila kita mendiskusikan mengenai temperamen kita bersama dengan teman dekat. Kebanyakan orang melihat dirinya dengan memakai kaca mata hitam. Perhatikan ungkapan seorang penyair, Robert Burns: “Oh, to see ourselves as others see us.”
- Pendidikan dan tingkat inteligensi juga dapat mempengaruhi penilaian atas temperamen seseorang. Seorang MelSan dengan IQ yang sangat tinggi akan tampil berbeda dengan seorang MelSan yang memilki IQ rata-rata atau rendah. Pendidikan sangat membantu seseorang untuk mencapai kematangan.
- Kesehatan dan metabolisme juga termasuk penting. Seorang ChlorPhleg dengan kondisi kesehatan yang baik akan lebih agresif daripada seorang chorPhleg dengan cacad atau mengalami gangguan kesehatan. Seorang PhlegMel penggugup akan lebih aktif daripada seorang phlegMel yang menderita tekanan darah rendah.
- Tiga macam temperamen kadang hadir dalam diri seseorang. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat (dengan persentase kecil) orangorang yang memiliki satu predominant temperament dengan dua secondary temperament.
- Motivasi juga memainkan peran yang tidak sedikit. Jika seseorang sedang termotivasi, hal itu akan memiliki pengaruh nyata atas perilakunya, dan mengabaikan perpaduan temperamennya.
Kesimpulan
Sejak lahir kita memiliki temperamen tertentu, yang terkait dengan
konstruksi tubuh kita, khususnya di bagian empedu, lendir dan darah kita.
Adanya sifat-sifat khas pada seseorang sebagai akibat dari dominannya
salah satu cairan badaniah tersebut, itulah yang disebut temperamen. Dari
sifat-sifat dominan itulah orang dapat digolongkan ke dalam salah satu
dari empat temperamen dasar, yakni: Sanguinis, Choleris, Melankolis,
dan Plegmatis. Umumnya sifat-sifat orang merupakan perpaduan dari empat
temperamen dasar itu, dimana bisa salah satu dari unsur itu lebih dominan
dari yang lain. Dari keempat jenis temperamen dasar itu orang bisa
dibedakan sebagai ekstrovert (sanguinis, kholeris) dan introvert
(melankolis, plegmatis); logis (kholeris, plegmatis) dan
emotionalsentimentil (sanguinis, melankolis). Keempat jenis temperamen
dasar itu memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga kita
memandangnya tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Watak atau
karakter merupakan diri kita yang sesungguhnya, merupakan hasil
olah temperamen, yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan (pendidikan,
agama, budaya, kebiasaan-kebiasaan, serta tekanan dan tantangan hidup yang
kita lalui). Dengan demikian, watak atau karakter bukanlah bawaan lahir
seperti halnya temperamen, melainkan yang terbentuk kemudian, khususnya
melalui lingkungan dan penghayatan nilai-nilai tertentu yang ditanamkan
oleh lingkungan kepada kita. Dengan demikian watak tau karakter adalah
diri kita yang harus kita pertanggung jawabkan. Maka kita harus mendidik
karakter kita agar dia terbentuk dengan baik. Pendidikan karakter
bukan hanya dengan cara tunduk saja pada pengaruh lingkungan, melainkan
dengan cara kritis menilai dan kemudian mengambil sikap yang tepat.
Kepribadian adalah keseluruhan diri kita, termasuk di dalamnya watak dan
temperamen serta kebiasaan-kebiasaan lain yang ikut mempengaruhi pembawaan
diri kita. Kepribadian bisa saja mencerminkan dengan baik temperamen atau
watak kita, dan bisa juga berbeda dengan itu. Kepribadian itu umumnya
merupakan diri kita yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain. Bisa
saja suatu saat kita berusaha tampil dengan ramah,karena kita ingin orang
memiliki kesan seperti itu kepada kita, tapi pada saat lain kita tampil
dengan tegas, dan sebagainya, tergantung kita ingin mengesankan diri kita
seperti apa kepada orang lain. Tentu saja ini tidak mencerminkan diri kita
yang sesungguhnnya, melainkan lebih sebagai topeng saja, suatu wajah yang
ingin kita perlihatkan kepada orang lain. Namun bagi orang yang berkembang
dengan baik dalam arti yang sesungguhnya, maka kepribadian yang dia ingin
perlihatkan kepada orang tidak lain dari dirinya yang sesungguhnya.
Langganan:
Postingan (Atom)